Rinduku kepadamu adalah rindu malam gelap kepada kerlip bintang,

Menemani di kala sepi

Menerangi di kegelapan.


Rinduku kepadamu adalah rindu tanah kering kepada dinginnya hujan,

Wangi tanah basah menjadi aroma terindah 

Membawaku jauh,

ke masa-masa saat wajahmu begitu dekat


Rinduku kepadamu adalah rindu laut kepada pantai

Mencium wangi tubuhmu menenangkanku

Sebab kutau, 

kau kan selalu ada untukku


Rinduku kepadamu adalah rindu pagi kepada mentari

Memelukmu duhai permata hati

Laksana meninggalkan jejak hangat di ruang hati


Rinduku kepadamu adalah rindu pagi kepada embun,

Tak pernah berubah

Akan selalu merindukanmu, 

Selamanya mencintaimu...


__________________________________


Buat anakku... 😍


Cirebon, 15/8/2020





Para guru yang berasal dari sejumlah daerah di Indonesia itu menggelar aksi demonstrasi di seberang Istana sejak Selasa 30/10, CNNIndonesia (31/10). Tidak hanya itu, mereka pun menginap di tempat itu dengan kondisi yang serba seadanya. Mereka meminta agar Presiden Jokowi segera mengambil keputusan mengangkat semua honorer K2 tanpa tes dan tanpa batasan usia.
Persoalan guru honorer seolah tidak pernah selesai. Banyak kalangan menyayangkan sikap penguasa yang seolah hanya memberi janji di awal kampanye. Janji bahwa kualitas pendidikan secepat mungkin ditingkatkan melalui kurikulum dan kompetensi guru. Disertai dengan peningkatan kompetensi guru yang merata, tak hanya untuk guru PNS tapi juga honorer.
Akan tetapi ketika berkuasa, lupa untuk memperhatikan nasib guru honorer. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya. Hingga akhirnya setiap kali Hari Guru, mereka turun ke jalan demi memperjuangkan nasib. Ironisnya, penguasa seolah menutup mata terhadap para guru honorer tersebut yang mendapatkan gaji sekitar Rp400.000 hingga Rp500.000 per bulan. Bahkan lebih besar upah buruh, dibanding guru honorer.
Pada 2018, kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, pemerintah akan merekrut sebanyak 112.000 guru pegawai negeri sipil. Para guru honorer bisa mengikuti tes, namun usia maksimal 35 tahun. Kebijakan tersebut sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap nasib guru honorer yang sudah lama mengabdi. Sementara itu Presiden Joko Widodo enggan berkomentar soal aksi unjuk rasa para guru honorer di depan Istana, ketika ditemui wartawan dalam Sains Expo di ICE, BSD, Tangerang Selatan, Kompas.com (1/11).
Bukan hanya enggan berkomentar, bahkan presiden tidak menemui para demonstran. Bahkan perwakilan dari pemerintah, hanya menampung aspirasi, tak mampu memberi solusi. Padahal pemerintah diharapkan berpihak pada nasib guru honorer. Sebab para guru menjadi bagian penting dalam usaha mencerdaskan anak bangsa.
Sungguh mengherankan betapa guru honorer begitu sulit mengikuti CPNS. Sementara dari sisi loyalitas dengan penghasilan minim, para honorer mampu mengabdi hingga belasan tahun. Bahkan ada yang lebih dari 15 tahun. Tapi pembatasan usia, menjegal mereka untuk mendapatkan status yang lebih baik.
Karena terbukti hanya sebagian kecil saja yang mampu ikut seleksi CPNS. Kesejahteraan dalam arti luas bukan hanya persoalan gaji semata, melainkan lebih dari itu, juga menyangkut apresiasi kepangkatan, pengembangan kapasitas (capacity building), perlindungan hukum, dan lain sebagainya. Namun demikian, di tengah nasib guru yang belum baik ini, seorang guru haruslah terus memperbaiki kualitas dan potensi diri.
Meningkatkan profesionalisme, kemampuan akademis, kreatifitas, dan keuletan haruslah menjadi tekad utama sebagai pendidik generasi bangsa. Guru harus senantiasa mengembangkan keahlian, pengetahuan dan keyakinan untuk mengeksplorasi metode-metode baru baik kompetensi pedagogig, sosial, kepribadian, dan profesional dalam rangka mencapai prestasi terbaik.
Guru Di Dalam Islam
Imam Ad Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Al Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khatthab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar= 4,25 gram emas). Berarti sekitar 43 juta rupiah dengan kurs sekarang (1 gram= 679 ribu rupiah). Sebagai perbandingan, saat ini gaji guru di negeri kita berada pada kisaran 2 juta, guru honorer 300 rb. Maka gaji guru sekarang hanya 1/21 dari gaji guru pada masa Khalifah Umar.
Pada masa Rasulullah, sebagai kepala negara, beliau membebankan biaya pendidikan ke baitul maal. Rasulullah juga pernah menetapkan kebijakan terhadap tawanan perang Badar. Apabila seorang tawanan telah mengajar 10 orang penduduk Madinah membaca dan menulis, akan dibebaskan sebagai tawanan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah perkara yang penting.
Inilah negeri yang diatur dengan sistem Islam. Bukan hanya rakyat yang sejahtera. Tapi guru juga sejahtera. Dan ini berpengaruh untuk menghasilkan generasi emas bagi sebuah negara maju yang menguasai dunia. Sebab pendidikan dipandang sebagai sebuah investasi. Mencetak pemimpin peradaban mulia, demi kebangkitan umat.Tidak ada celah bagi umat untuk menjadi bodoh. Khalifah mensejahterakan guru demi ketinggian berpikir umat.
Belajar menjadi murah pada masa Khilafah. Akses mendapatkan ilmu dipermudah. Negara mempromosikan ilmu, sehingga umat senang menuntut ilmu. Orang kaya berlomba mewakafkan fasilitas belajar. Orang miskin pun tidak terhalang untuk belajar. Pendidikan mendapat perhatian besar. Di Spanyol, sekolah-sekolah sama sekali gratis. Bahkan untuk orang Badui yang sering berpindah tempat tinggal, dikirim guru kepada mereka. Yang siap mengikuti kemana mereka pergi.
Bahkan ketika Eropa abad 9 hingga 12 Masehi, tingkat buta hurufnya mencapai 95%. Di negara Khilafah jutaan anak di desa dan kota mengeja huruf dan menghafal Alquran. Anak-anak semua kelas sosial mengunjungi pendidikan dasar dengan biaya yang terjangkau. Mereka duduk di hamparan karpet. Bagai bunga-bunga yang bermekaran di musim semi. Tidak ada satu negara pun yang mampu menandingi kemuliaan Khilafah dalam menjaga pemikiran umat.
Bandingkan dengan kondisi negeri kita saat ini. Bukan hanya asas pendidikan yang keliru, karena tidak diarahkan pada qiyadah fikriyah Islam. Tapi juga kondisi guru yang memprihatinkan. Inilah yang membuat visi mencetak generasi peradaban seperti usaha yang sia-sia. Sebab pada akhirnya kehancuran peradaban manusia tinggal menunggu waktu saja. Oleh sebab itu kembali pada kejayaan Islam dengan mengembannya sebagai suatu sistem kehidupan, tidak bisa ditunda lagi.
Wallahu ‘alam biash showwab.
Sumber referensi: TSQ Stories oleh Dr. -Ing. Fahmi Amhar
http://mediasiar.com/suara-guru/

#miladke7revowriter
#revowriter
#menulisuntukperadabanmulia
#akudanrevowriter







"Hai Lulu, mengapa wajahmu muram? Bukankah langit cerah pagi ini?" Tanya Lili seraya berlari-lari menghampiri dengan kaki kecilnya.

"Ah, kamu di sini juga Lala. Baru saja aku akan mengajak kalian ke bukit. Matahari bersinar hangat. Kita ajak peri Minah juga ya," seru Lili di antara nafasnya yang terengah-engah.

Dua peri kecil, Lala dan Lulu tampak tidak bergairah. Lala bertopang dagu. Lulu mencoret-coret tanah dengan sebatang kayu kecil.

"Apa yang terjadi? Apakah peri Minah tidak ada? Tapi aku dengar goresan penanya dari dalam," kata Lili menoleh ke arah rumah peri Minah. Dengan langkah bergegas, ia menuju pintu.




"Peri minah...," Lili berbisik perlahan di pintu rumah peri Minah.
"Peri Minah, keluarlah. Bunga-bunga kuning bermekaran di atas bukit. Aku ingin mengajakmu. Bukankah kita ingin ke sana saat bunga-bunga itu mekar? Engkau sudah berjanji akan bacakan cerita," kata Lili dengan menempelkan mulutnya di pintu.


Tiga peri kecil ini sering pergi ke bukit bersama peri Minah. Mereka bermain bersama, menikmati angin sepoi-sepoi, sambil berlari-larian, bernyanyi, dan tidur di rumput hijau mendengar peri Minah bercerita. Setiap kali libur sekolah tiba, mereka menjemput peri Minah dan mengajaknya ke sana.


"Peri Minah, apakah aku boleh masuk?" Lili membuka pintu, tak terdengar suara Lala dan Lulu yang mencegahnya secara bersamaan, "Jangan Lili!"

Tiba-tiba, brugghhh!! Buku-buku jatuh menimpa Lili. Ternyata rumah peri Minah penuh buku. Pintu rumahnya tertutup karena buku-buku yang ditulisnya memenuhi ruangan.




"Maafkan aku, Lili. Aku harus menulis. Malam ini akan turun hujan. Sudah lama sekali tak ada hujan. Anak-anak manusia ingin membaca. Itu sebabnya aku harus menyelesaikan tulisanku," peri Minah berkata dengan lembut sambil mengusap bagian tubuh Lili yang tertimpa buku-buku.


"Kalian pergilah ke bukit. Sudikah kiranya kalian petikkan beberapa tangkai bunga kuning untuk menghiasi mejaku? Selesai menulis, aku akan ceritakan sebuah kisah bagus buat kalian."


"Janji ya," kata Lala.

"Kalau begitu, kami pergi lebih dulu ke sana. Kau akan segera menyusul?" Tanya Lulu.

"Iya, segera setelah tulisanku selesai aku akan menyusul kalian," kata peri Minah memeluk ketiganya.

Lala, Lili dan Lulu mengangguk lalu mereka berlari dengan berceloteh riang gembira ke arah bukit. Peri Minah tersenyum melepas kepergian mereka. Bukit memang terlihat indah dari tempatnya berdiri. Dari jauh tampak bunga-bunga kuning bagai hamparan menyelimutinya.




****************




"Tampaknya malam ini akan hujan, bunda," kata seorang gadis kecil di bumi dengan mata setengah terpejam.
Terdengar suara petir diseling kilat sambar menyambar. Cahayanya menembus tirai.

"Iya, sepertinya begitu," bunda menjawab.

"Bunda, bangunkan aku pagi-pagi sekali ya. Besok akan ada banyak buku dari Negeri Peri. Aku rindu ingin membaca. Teman-temanku pun sama. Telah lama sekali mereka tidak membaca buku. Malam ini aku ingin bermimpi tidur bersama buku-buku," gadis kecil itupun terpejam.
Terdengar nafasnya yang halus mulai teratur, di balik selimut.

"Tidurlah, besok akan bunda bangunkan pagi-pagi sekali," kata bunda seraya mengecup keningnya.

Tak lama terdengar butir-butir air hujan jatuh satu persatu membasahi kaca jendela. Wangi tanah basah menyeruak malam yang sunyi.
Bunda tersenyum, terbayang olehnya anak-anak akan bersuka cita esok dini hari, menyambut turunnya buku-buku dari langit.


******************




"Nah, apakah kalian tahu mengapa kita harus menulis?" Tanya Ratu Peri Cikgu.
"Lihatlah betapa riang anak-anak manusia menyambut hujan. Mereka menunggu buku-buku kita. Hati dan pikiran mereka harus diisi dengan kebaikan. Jika tidak, maka hal buruk yang akan mengisinya. Dan monster jahatpun dengan mudahnya menguasai dan menerkam mereka."

Para peri berkumpul di aula besar Negeri Peri, mendengar kuliah dari dari Ratu Peri Cikgu. Seluruh mata peri memandang ke arah layar besar di ruang aula.
Tampak anak-anak manusia berlarian di pagi hari menyambut hujan tulisan. Mereka menangkap buku-buku dengan riang gembira, dan segera mencari tempat yang nyaman untuk membaca.



"Apakah mereka cukup mendapatkan buku? Adakah anak yang tertinggal, tak mendapat satupun? Jika masih kurang, kita harus lebih banyak menulis esok hari," Kata Ratu Peri Cikgu.

"Jangan lupa, orang berilmu harus menulis. Sebab jika tidak, orang bodoh yang akan menyebarkan kesesatan."
Kuliah pagi ini ditutup oleh ratu peri Cikgu.

"Apakah aku bisa sepertimu, peri Minah?" Tanya Lulu saat meninggalkan aula.
Lili dan Lala menatap peri Minah seolah bertanya hal serupa. Mereka menunggu jawaban.

"Kalian mau menulis juga? Ayo ke kelas supaya kalian bisa menulis seperti aku," kata peri Minah.

"Yeyeii, aku mau tulisanku turun bersama hujan," kata Lili melonjak-lonjak kegirangan.

"Aku juga. Aku akan menulis yang banyak seperti dirimu, peri Minah," kata Lulu.




*********************




Once upon a time, in a far away kingdom there is a fairy land. The fairies are good at writing. The fairy queen named Cikgu, led her region with a very wise and prudent. She teach all of the fairy to write. All fairies produce many written.

And then their writing goes down along with the rain, which soaks the earth. All of children are waiting for rain. Hope the books and writings that come with it. They like to read writing from fairy land.

Meanwhile, the fairies live happily and love each other, until the end of time. And still  always write.

By. Lulu


Ilustrasi pinterest


By Lulu



Menulis itu mudah. Menulis sangat menyenangkan. Ia merupakan salah satu cara menyampaikan ide dan gagasan. Bisa juga untuk terapi diri. Maka menulislah terus, menulis setiap hari. Laksana menuangkan isi hati dan kepala ke dalam diary.


Hanya saja diary kita berbeda, karena dibaca banyak orang. Oleh sebab itu, menulislah yang bermanfaat bagi umat, bukan tulisan yang merusak atau mengalihkan perhatian umat dari jalan perjuangan Islam. Inilah yang membedakan tulisan kita dengan tulisan lain.


Menulis itu semudah berbicara. Dan sesenang seperti saat kita menyampaikan kabar gembira pada orang yang kita kasihi. Innamal mukminuunal ikhwah, sebab sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.


Maka sampaikan berita gembira pada saudara kita, bahwa solusi umat itu sangat dekat. Bahkan sedekat urat nadi. Sampaikan bahwa  Islam tidak hanya berupa aturan ibadah, tapi juga aturan kehidupan. Bahkan solusi seluruh permasalahan umat pun ada di sana.


Maka sampaikan pada umat, agar mereka tak perlu mencari solusi yang jauh. Solusi lain terbukti menyesatkan dan menimbulkan masalah baru. Tapi Islam, tidak. Ia adalah solusi hakiki. Bahkan umat telah bersamanya sejak lahir. Hanya saja mereka perlu ditunjuki pada solusi yang sahih tadi. Kitalah yang harus melakukan itu.


Menulislah setiap hari, tulis yang bermanfaat bagi umat. Umat sungguh memerlukan itu. Jika umat telah berpikir dengan Islam, maka mereka akan menyatukan kekuatan juga karena Islam. Hingga pada akhirnya, perkara 'mengguncang dunia' menjadi perkara yang sangat mudah bagi umat.


Yuk nulis, semangat terus membuang peradaban kufur. Umat tidak layak hidup dengan pemikiran yang rendah, dan menjadi olok-olok musuh-musuh Islam. Kita bersama mendampingi umat di depan, di sisi kanan dan kiri, serta di belakang. Agar mereka tetap berada pada jalan yang mulia.


Sekarang adalah saat untuk menanggalkan label 'buih di lautan' yang selama ini melekat pada diri umat. Kita bergerak menuju peradaban gemilang yang pernah menguasai dunia selama 13 abad. Peradaban yang paling tepat bagi 'khoiru ummah'.


Tsumma takuunu khilafatan ala minhajin nubuwwah.


Ps, thank you so much bu guru, aku padamu. Terima kasih telah memberi kabar gembira di pagi yang indah ini. Jazakillah khoiron katsiiran, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak, aamiin





Selaput tipis putih menggores biru
melengkung membentuk senyummu,
mengurai sendu,
yang mengganggu tidur malammu.

Aku merangkai keindahan
menjalin butir-butir peristiwa
dengan intan berlian syariat.

Lembayung senja memeluk angkasa
menyentuh luka dan nestapa
menepis jelaga
yang menyesakkan dada.

Kusatukan kepedihan
menjadi rangkaian kata,
Dengan cinta pada sesama.



Akulah rangkaian kata,
aku rangkaian peristiwa.
Kutulis semua keindahan agar menjadi cerita,
demi tegaknya kalimat Allah.

Harum kembang setaman mengusik kalbu,
tak pernah sama dengan perdu.
Tidak wanginya,
tidak juga indahnya.



Akulah rangkaian kata,
aku jalin peristiwa.
Kutulis baris peradaban,
rindu bangkitnya generasi mulia.


By. Lulu Nugroho



Oleh Lulu


Menghitung hari menuju akhir tahun. Lihat ke dalam rumahmu, ibu, bagaimana keadaan keluargamu setahun ini. Kemudian lihat juga ke luar rumah. Apa yang terjadi di balik dinding rumahmu. Bagaimana kondisi umat setahun ini. Apakah mereka merasakan suka cita, atau keluh kesah akibat persoalan umat yang menghampiri setiap waktu.

Menjelang akhir tahun, harga kebutuhan pokok semakin tak terkendali. Makanan sehat tak terbeli, anak-anak nyaris kurang gizi. Ketua Bidang Litbang Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Rizal E Halim memprediksi kenaikan harga pangan hingga akhir tahun. Hal ini menurut Rizal karena efek pelemahan rupiah yang terus terjadi, tribunnews.com (20/10).

Menjadi tren tahunan. Hingga para ibu terbiasa menderita terhadap tren yang tidak manusiawi ini. Bukan hanya itu, bahkan sepanjang tahunpun umat telah disuguhi dengan berbagai hidangan meroketnya harga sembako. Puluhan juta rakyat miskin didera kelaparan. Terakhir pada Maret 2018 jumlah penduduk miskin tercatat 25,95 juta orang atau 9,82%, detikfinance (27/7).

Sementara itu, kebijakan impor yang dilakukan penguasa semakin menambah deret panjang persoalan umat, justru di saat hasil petani lokal melimpah. Bagaimana nasib petani jika hasil keringat mereka bersaing dengan produk impor. Eksistensi petani lokal melemah.Petani menjadi rugi. Akibat tidak bisa menutupi modal usaha.

Pelayanan kesehatan pun kini semakin menampakkan jati dirinya. Dipercaya oleh sebagian umat sebagai solusi. Akan tetapi, praktik di lapangan membuktikan sulitnya umat memperoleh layanan kesehatan yang baik. BPJS tidak hanya menyusahkan umat, juga mengenai tenaga medis dan institusi kesehatan. Perampokan uang umat berkedok layanan kesehatan.

Minimnya upaya pengentasan kemiskinan. Para ibu bahkan didorong ke luar rumah menjadi buruh. Beresiko menghadapi pelecehan seksual, perceraian, bahkan anak-anak yang terlantar akibat ibu menjadi bemper perekonomian negara. Pemberdayaan perempuan yang salah arah. Mencerabut tugas ibu sebagai ummu wa robbatul baiyt.

Belum berhenti kesulitan ibu. Kriminalisasi, rampok dan begal merajalela. Umat tak segan saling bunuh. Tidak hanya karena alasan ekonomi, akan tetapi buah liberalisasi yang menghidupi nafas umat melahirkan banyak perilaku buruk dan kotor. Penegakan hukum yang ala kadarnya, semakin menyesakkan umat.

/Kehidupan Era Sekularisme/

Ibu, tidak ada kebaikan dari sekularisme. Seluruh lini kehidupan umat, sempit. Kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar tidak terpenuhi. Solusi yang ditawarkan penguasa, adalah solusi-solusi yang tidak masuk akal. Bahkan bisa jadi menambah persoalan baru.

Nasihat ulama tidak menyentuh penguasa. Ulama malah dikriminalisasi. Rambu Ilahi dilangkahi. Label buruk dan framing jahat terhadap umat Islam kian hari semakin masif. Bahkan ormas yang konsisten mendidik umat pun dipersekusi. Hukum sekuler selamanya tidak akan pernah memberi ruang bagi Islam untuk berkuasa.

Gerak umat dibatasi. Penerapan syariat dihalangi. Umat dibiarkan mencari solusi sendiri. Upaya kebangkitan akan sulit terealisasi jika umat masih melangkah dalam jalan sekularisme. Terbukti penguasa gagal melindungi dan mencukupi kebutuhan umat. Berharap pada penguasa dengan model cetakan sekularisme selamanya akan menyengsarakan umat.

Sangat mengerikan ibu, hingga kini terbukti, di seluruh belahan negeri akan timbul permasalahan yang terus melilit seluruh sendi kehidupan umat. Dari ekonomi, politik, sosial, pendidikan, keluarga dan lainnya, semua tak luput dari serangan kerusakan akibat sekularisme. Satu-satunya cara untuk keluar dari persoalan, adalah umat kembali kepada Islam.

/Kehidupan Dalam Islam/

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَاۤ فَّةً   ۖ  وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ  ۗ  اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208).

Wahai ibu, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan. Ini adalah hal yang diperintahkan Allah. Sebab Islam adalah agama yang syamil wa kamil, menyeluruh dan lengkap. Tidak ada satu agamapun yang setara dengan Islam. Al Islaamu ya'lu wa laa yu'la 'alaihi. Di dalamnya lengkap terdapat aturan bagi seluruh urusan umat.

Politik, ekonomi, pendidikan, pengaturan keluarga hingga bernegara, diatur dalam Islam. Allah Sang Mudabbir, menunjukkan kuasanya dengan seperangkat aturan yang menyelamatkan kehidupan umat. Oleh sebab itu, tidak layak jika seorang muslim masih meletakkan tumpuan harapannya pada aturan lain.

Sejarah telah membuktikan bahwa Islam mampu menguasai 2/3 dunia, selama lebih dari 13 abad. Sekularisme, begitu pula ideologi lain, tidak akan mampu menandinginya. Terwujud kemaslahatan (jalb al mashalih) dan tercegahnya kemafsadatan (dar'u al-mafasid) merupakan hasil dari penerapan Islam secara kaffah.

Hal ini hanya bisa diwujudkan dengan model pemerintahan berbentuk Khilafah. Sebab hanya Khilafah yang merealisasikan seluruh aturan Allah, mengurusi umat dengan panduan Alquran dan Hadits. Khilafah menjadi perisai dan pelindung umat. Konsekuensi logis dari penerapan Islam kaffah adalah rahmat bagi semesta alam.

Bukan hanya muslim sejahtera, juga umat agama lain, seperti hindu, nasrani, dan lainnya. Hidup berdampingan dengan damai dan terjamin hak-haknya. Tidak hanya itu, tumbuhan, hewan dan seluruh alam semesta mendapat ri'ayah yang baik sesuai aturan Allah. Bukankah ini sangat indah, ibu.

Islam mampu melepaskan segala bentuk penjajahan. Menebarkan kedamaian dan keadilan bagi seluruh penjuru dunia. Menangislah ibu, menangislah. Dalam sekularisme, air matamu tak akan pernah kering. Maka segera tinggalkan sekularisme. Sejahtera hanya sekadar janji saat Pemilu, yang kemudian hilang ditelan waktu. Kembalilah pada Islam, pada kebahagiaan yang hakiki. Allahummanshurnaa bil Islam

 Wallahu 'alam.

#PerubahanHakikiDenganKhilafah
#KhilafahAjaranIslam
#IslamSelamatkanNegeri

Sumber
http://www.radarindonesianews.com/2018/12/lulu-nugroho-menangislah-ibu.html

Ilustrasi Pinterest.com

**



Ada sebuah negeri yang indah. Sawah ladangnya luas, ijo royo-royo. Semestinya rakyat negeri tersebut hidup makmur, gemah ripah loh jinawi. Sejahtera karena kekayaan alamnya sangat luas dan melimpah. Tapi ternyata yang terjadi tidak demikian. Rakyat susah. Kebutuhan dasarnya nyaris tak terpenuhi. Di seluruh lini kehidupan, sempitnya bukan main.


Negeri ini dulunya disebut sebagai negeri bebek, karena gemar membebek pada negeri kufur. Dikiranya negeri kufur itu super power, padahal sangat rapuh. Karena kerusakan telah menggerogoti seluruh sendi masyarakat. Negeri yang katanya super power tadi, perlahan-lahan akan tumbang karena cacat yang dibawanya sejak lahir yaitu cacat ideologi.


Ketika negeri bebek berubah status menjadi negeri kardus, bukan berarti sebuah prestasi. Sebab antara kedua label tersebut, tidak ada yang lebih bagus antara satu dengan yang lain. Nama negeri kardus mendadak viral di kalangan netizen sebab keputusan yang diambil penguasa negeri tersebut. Yaitu mengganti kotak pemilu berbahan alumunium menjadi kardus.


Akan tetapi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman kemudian membantah menggunakan kotak suara berbahan kardus untuk Pemilu 2019. Kotak suara yang banyak dipermasalahkan terutama di media sosial itu disebut KPU berbahan dasar karton kedap air, kata Arief di Kantor KPU Pusat, Jakarta, Jumat (14/12). Bukan kardus.


Selain itu menurutnya, penggunaan karton kedap air juga mengefisiensi anggaran. “Menghemat biaya penyimpanan, menghemat biaya produksi, distribusi, banyak penghematannya,” kata Arief, cnnIndonesia.com (16/12).


Sayang sekali yang terjadi malah di luar harapan bapak ketua KPU. Hujan deras beberapa hari belakangan ini tak hanya membuat sejumlah ruas jalan tergenang air. Bahkan kantor KPU Badung juga terkena dampak.  Sebanyak 2.065 kotak suara kardus beserta ratusan bilik suara sempat tergenang air dan akhirnya hancur lumat seperti bubur.


Niat untuk berhemat menjadi luluh lantak. Hal ini ditanggapi Komisioner KPU Pramono Ubaid saat dikonfirmasi Sabtu (15/12), "Apa dipikir kalau pakai aluminium atau plastik tidak rusak? Mobil yang terendam banjir itu harganya pasti jatuh, karena potensi kerusakan mesin sangat besar,"  Sabtu (15/12).


Menyikapi hal ini, dari kalangan akademisi mengkritisi, dosen Komunikasi dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mengatakan KPU harus mengedepankan kualitas demokrasi dibandingkan efisiensi pada pemilihan umum. Diskusi kemudian bergulir seputar kardus. Bukan pada fakta yang dihasilkan demokrasi itu sendiri. Pemimpin apa yang diharapkan lahir dengan mekanisme seperti ini.


Negeri pengemban sekularisme. Tidak ingin Allah terlibat dalam kehidupan sehari-hari. Merasa pandai dan paling tahu tentang kehidupan dunianya, maka arogan membuat aturan sendiri. Alhasil yang terjadi adalah 'negeri kardus'. Negeri yang lunak, mudah hancur menjadi bubur ketika berhadapan dengan banjir peradaban yang merusak.

/Islam Solusi Umat/

Riuh rendah netizen melihat pertunjukan yang tayang di seputar umat, benar-benar semakin membuat umat geleng kepala. Sesuatu yang jelas secara rasio, lemah dan tidak memiliki kekuatan, masih saja diemban dan diperjuangkan. Demokrasi dengan segala kelemahannya, tak akan mampu menutupi kerusakan dirinya. Mendorong umat untuk berpikir menggunakan akal dan imannya.


Pemilu bagi negeri sekularisme, benar-benar melelahkan. Menghabiskan biaya. Praktik saling tipu dan sikut sudah biasa, dan terjadi berkala setiap 5 tahun. Suara umat dipertaruhkan. Kotak alumunium saja, suara bisa dipermainkan. Apalagi kardus dengen segel gembok ala kadarnya. Bukan hanya kardusnya yang mudah dirusak, kaitnya juga.


Pantas saja umat di negeri kardus sulit bangkit. Karena untuk mengurusi urusan umat yang berskala besar pun, tidak serius dan main-main. Belum tuntas suara orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang diperhitungkan, boleh nyoblos. Kini yang terbaru, kotak suara kardus. Belum lagi kasus e-KTP yang tercecer, yang entah bagaimana nasibnya. Semakin menambah panjang daftar persoalan umat di negeri ini.


 Islam sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang beriman
«وَ اِنَّهُ لَهُدىً وَ رَحْمَهٌ لِلْمُؤْمِنینَ»

Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Al-Naml [27]: 77)


Satu-satunya jalan untuk bangkit adalah kebangkitan pemikiran. Umat belajar politik Islam. Dengan pemikiran yang bangkit, maka umat tidak akan mau dibodohi dengan berbagai akal-akalan politik. Umat yang pandai pun akan memilih pemimpin berkualitas bangkit. Yang bisa memimpin umat, mengurusi umat, serta menjadi perisai bagi seluruh permasalahan umat. Bukan pemimpin yang lari saat umat mengeluh memohon keadilan.


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai, rakyat akan berperang di belakangnya serta berlindung dengannya. Apabila ia memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla serta bertindak adil, maka ia akan mendapat pahala. Tetapi jika ia memerintahkan dengan selain itu, maka ia akan mendapat akibat buruk hasil perbuatannya.”
[Hadis Riwayat Muslim, 9/376, no. 3428]


Saatnya kita tinggalkan seluruh pemikiran kardus. Beralih pada pemikiran cemerlang yang berlandaskan kekuatan Alquran dan Hadits. Membuang jauh pemikiran rusak yang membuat umat bodoh secara sistemik. Sebab hanya Islam yang mampu membawa umat pada peradaban emas. Al Islaamu ya'lu wa laa yu'la alaihi.

Sumber
http://www.soeara-rakjat.com/2018/12/negeri-kardus.html?m=1

Ilustrasi Pinterest.com


Powered by Blogger.