Saturday, April 20, 2019

Lulu And Revowriter

#miladke7revowriter
#revowriter
#menulisuntukperadabanmulia
#akudanrevowriter







"Hai Lulu, mengapa wajahmu muram? Bukankah langit cerah pagi ini?" Tanya Lili seraya berlari-lari menghampiri dengan kaki kecilnya.

"Ah, kamu di sini juga Lala. Baru saja aku akan mengajak kalian ke bukit. Matahari bersinar hangat. Kita ajak peri Minah juga ya," seru Lili di antara nafasnya yang terengah-engah.

Dua peri kecil, Lala dan Lulu tampak tidak bergairah. Lala bertopang dagu. Lulu mencoret-coret tanah dengan sebatang kayu kecil.

"Apa yang terjadi? Apakah peri Minah tidak ada? Tapi aku dengar goresan penanya dari dalam," kata Lili menoleh ke arah rumah peri Minah. Dengan langkah bergegas, ia menuju pintu.




"Peri minah...," Lili berbisik perlahan di pintu rumah peri Minah.
"Peri Minah, keluarlah. Bunga-bunga kuning bermekaran di atas bukit. Aku ingin mengajakmu. Bukankah kita ingin ke sana saat bunga-bunga itu mekar? Engkau sudah berjanji akan bacakan cerita," kata Lili dengan menempelkan mulutnya di pintu.


Tiga peri kecil ini sering pergi ke bukit bersama peri Minah. Mereka bermain bersama, menikmati angin sepoi-sepoi, sambil berlari-larian, bernyanyi, dan tidur di rumput hijau mendengar peri Minah bercerita. Setiap kali libur sekolah tiba, mereka menjemput peri Minah dan mengajaknya ke sana.


"Peri Minah, apakah aku boleh masuk?" Lili membuka pintu, tak terdengar suara Lala dan Lulu yang mencegahnya secara bersamaan, "Jangan Lili!"

Tiba-tiba, brugghhh!! Buku-buku jatuh menimpa Lili. Ternyata rumah peri Minah penuh buku. Pintu rumahnya tertutup karena buku-buku yang ditulisnya memenuhi ruangan.




"Maafkan aku, Lili. Aku harus menulis. Malam ini akan turun hujan. Sudah lama sekali tak ada hujan. Anak-anak manusia ingin membaca. Itu sebabnya aku harus menyelesaikan tulisanku," peri Minah berkata dengan lembut sambil mengusap bagian tubuh Lili yang tertimpa buku-buku.


"Kalian pergilah ke bukit. Sudikah kiranya kalian petikkan beberapa tangkai bunga kuning untuk menghiasi mejaku? Selesai menulis, aku akan ceritakan sebuah kisah bagus buat kalian."


"Janji ya," kata Lala.

"Kalau begitu, kami pergi lebih dulu ke sana. Kau akan segera menyusul?" Tanya Lulu.

"Iya, segera setelah tulisanku selesai aku akan menyusul kalian," kata peri Minah memeluk ketiganya.

Lala, Lili dan Lulu mengangguk lalu mereka berlari dengan berceloteh riang gembira ke arah bukit. Peri Minah tersenyum melepas kepergian mereka. Bukit memang terlihat indah dari tempatnya berdiri. Dari jauh tampak bunga-bunga kuning bagai hamparan menyelimutinya.




****************




"Tampaknya malam ini akan hujan, bunda," kata seorang gadis kecil di bumi dengan mata setengah terpejam.
Terdengar suara petir diseling kilat sambar menyambar. Cahayanya menembus tirai.

"Iya, sepertinya begitu," bunda menjawab.

"Bunda, bangunkan aku pagi-pagi sekali ya. Besok akan ada banyak buku dari Negeri Peri. Aku rindu ingin membaca. Teman-temanku pun sama. Telah lama sekali mereka tidak membaca buku. Malam ini aku ingin bermimpi tidur bersama buku-buku," gadis kecil itupun terpejam.
Terdengar nafasnya yang halus mulai teratur, di balik selimut.

"Tidurlah, besok akan bunda bangunkan pagi-pagi sekali," kata bunda seraya mengecup keningnya.

Tak lama terdengar butir-butir air hujan jatuh satu persatu membasahi kaca jendela. Wangi tanah basah menyeruak malam yang sunyi.
Bunda tersenyum, terbayang olehnya anak-anak akan bersuka cita esok dini hari, menyambut turunnya buku-buku dari langit.


******************




"Nah, apakah kalian tahu mengapa kita harus menulis?" Tanya Ratu Peri Cikgu.
"Lihatlah betapa riang anak-anak manusia menyambut hujan. Mereka menunggu buku-buku kita. Hati dan pikiran mereka harus diisi dengan kebaikan. Jika tidak, maka hal buruk yang akan mengisinya. Dan monster jahatpun dengan mudahnya menguasai dan menerkam mereka."

Para peri berkumpul di aula besar Negeri Peri, mendengar kuliah dari dari Ratu Peri Cikgu. Seluruh mata peri memandang ke arah layar besar di ruang aula.
Tampak anak-anak manusia berlarian di pagi hari menyambut hujan tulisan. Mereka menangkap buku-buku dengan riang gembira, dan segera mencari tempat yang nyaman untuk membaca.



"Apakah mereka cukup mendapatkan buku? Adakah anak yang tertinggal, tak mendapat satupun? Jika masih kurang, kita harus lebih banyak menulis esok hari," Kata Ratu Peri Cikgu.

"Jangan lupa, orang berilmu harus menulis. Sebab jika tidak, orang bodoh yang akan menyebarkan kesesatan."
Kuliah pagi ini ditutup oleh ratu peri Cikgu.

"Apakah aku bisa sepertimu, peri Minah?" Tanya Lulu saat meninggalkan aula.
Lili dan Lala menatap peri Minah seolah bertanya hal serupa. Mereka menunggu jawaban.

"Kalian mau menulis juga? Ayo ke kelas supaya kalian bisa menulis seperti aku," kata peri Minah.

"Yeyeii, aku mau tulisanku turun bersama hujan," kata Lili melonjak-lonjak kegirangan.

"Aku juga. Aku akan menulis yang banyak seperti dirimu, peri Minah," kata Lulu.




*********************




Once upon a time, in a far away kingdom there is a fairy land. The fairies are good at writing. The fairy queen named Cikgu, led her region with a very wise and prudent. She teach all of the fairy to write. All fairies produce many written.

And then their writing goes down along with the rain, which soaks the earth. All of children are waiting for rain. Hope the books and writings that come with it. They like to read writing from fairy land.

Meanwhile, the fairies live happily and love each other, until the end of time. And still  always write.

By. Lulu


Ilustrasi pinterest

No comments:

Post a Comment