Ingatlah bahwa Rasul kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, shahih)

Kalau hukumnya wajib, berarti ada pahalanya bun. Belajar yuk bun. Banyak banget hal baru yang harus kita pelajari. Banyak hal yang jika dikaitkan dengan Islam semakin ingin kita mempelajarinya. Mulai dari politik, ekonomi, parenting, remaja, pendidikan dan lainnya. Jika kita pelajari, rasanya kita semakin haus akan ilmu. Ayo belajar terus bunda, agar tajam analisa kita.  Seseorang yang berilmu, membuatnya semakin dekat pada Allah ya bunda. Semakin dekat mengenal Islam. Bukan menjauh dan jadi sombong.

Jangan lupa pelajari juga pelajaran sekolah anak-anak. Agar ketika mereka menemukan kesulitan belajar, mereka tidak jauh-jauh bertanya. Mempelajari teknologi juga tak kalah pentingnya. Berita sekarang mengalir deras di medsos. Jika dulu orang beli koran atau liat televisi untuk mendapatkan berita terbaru. Kini berita mudah sekali diakses melalui internet. Mengakses berita membuat kita selalu bisa mengamati perubahan yang terjadi masyarakat.

Dan yang tak kalah pentingnya, mempelajari Islam. Menuntut ilmu agama adalah jalan mudah menuju surga. Semua orang pasti ingin ke sana. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh jalan menuntut ilmu agama, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Di sela aktifitas kita, luangkan waktu ya untuk belajar. Kapan saja, dimana saja pelajari fakta. Semua yang kita pelajari kaitkan dengan Islam. Ada ayat-ayat Allah bertebaran di alam raya. Jika Allah ijinkan kelak kita akan dikumpulkan di mimbar cahaya, bersama orang-orang shalih lainnya. Berkumpul dalam majlis ilmu.


Cirebon, 31/7/2018
#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day8




Pagi ini terasa lengang, sepi. Dinding putih ukuran 3x3 ini membatasi pandanganku. Hari serasa enggan bergerak. Semua aktifitas berhenti. Hape dijauhkan. Janji-janji dipending. Istirahat dulu sejenak bunda. Biarkan saja waktu melaju di sekitarmu, tapi berikan istirahat untuk dirimu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.
 (HR. Muslim).

Islam begitu indahnya. Bahkan dalam sakit pun mengandung sebuah kebaikan. Sakit menggugurkan dosa. Bayangkan jika dosa-dosa kita yang segunung banyaknya harus kita bawa saat 'pulang' kepada Allah. Ah, malu bunda. Dosa yang segunung itu akan memenuhi ruangan. Bukankah dosa semestinya kita sembunyikan? Malu jika terlihat? Tapi jika menjulang seperti itu, tak akan sanggup kita melakukannya. Berarti tidak ada pilihan lain kecuali istighfar, mohon ampun pada Allah agar Dia mau menghapus dosa-dosa kita.

Istirahatlah bunda, iringi hela napasmu dengan istighfar. Semoga sakit bisa menjadi kafarat dosa-dosamu. Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim).

Sakit adalah bentuk kasih sayang Allah pada kita. Tenangkan dirimu bunda, bersabarlah. Allah tidak pernah melakukan hal yang sia-sia. Jika sakitmu membuat repot, berdoalah minta diringankan Allah. Bisa jadi ujian sakit yang menimpamu, sesungguhnya adalah ujian juga bagi orang-orang di dekatmu. Tetap istiqomah dalam Islam.

Ibnul Qoyyim rahimahullah menasehati kita, “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah yang dapat kita gali. Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Jangan lupa bunda, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin. Syafakillah bunda, laa ba'sa thohuurun

Cirebon, 1/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day9

Ilustrasi. https://pin.it/kvik4hncebbldc


Selamat pagi bunda, apa kabar hari ini? Sudah siap mengguncang dunia?

Jangan lupa muhasabah terus ya bunda. Karena gerakan kebangkitan, gerakan mengguncang dunia akan sulit kita lakukan jika kita masih bermaksiat kepada Allah. Obyek dakwah yang utama adalah diri kita sendiri. Menyampaikan Islam, menyampaikan kebenaran diawali dengan perubahan diri.

Pagi ini kita lihat anak-anak ya bunda. Sudahkah kita berkata lembut pada mereka. Apakah bunda masih suka marah-marah? Apakah bunda masih mendidik anak-anak dengan kata-kata yang keras? Ah, hati-hati bunda. Mereka peniru yang ulung. Tanpa sadar kita membuat mereka merekam perilaku buruk kita.

Peribahasa mengatakan “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Atau  “Like father, like son”. Sama juga dengan, "al-Waladu shuurotun 'an abiihi". Hal ini mengindikasikan bahwasanya orang tua adalah uswatun hasanah bagi anak-anak. Orang tua adalah hal yang terdekat dengan anak-anak. Sehingga yang lebih dulu diserap oleh mereka adalah sikap orang tua. Ibu bahkan lebih dekat lagi. Itu sebabnya dalam Islam ibu sebagai al madraasatul uula. Sekolah yang pertama, yang mestinya mengajarkan hal baik bagi anak-anak.

Jika ibu sering marah-marah, dan berkata kasar terhadap anak-anak, maka mereka akan menganggap bahwa cara itulah yang paling tepat untuk menyampaikan sesuatu. Dan yang lebih berbahaya lagi adalah akibat bentakan atau perkataan yang kasar dapat membunuh lebih dari 1 milyar sel otak mereka. Jika diiringi dengan pukulan dan cubitan maka akan membunuh lebih dari bermilyar-milyar sel otak saat itu juga. Hal ini berpengaruh pada kepribadian mereka. Nau'dzubillaahi min dzaalika. Kita berlindung dari yang demikian. Berlindung dari kebodohan kita. Berlindung dari kurangnya kesabaran kita dalam mendidik anak.

Allah Ta’ala berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’” (Al-Israa’ : 23-24).

Mulai dari diri kita sendiri dulu bunda. Berkata halus, mendidik anak-anak dengan kasih sayang. Sampaikan dengan lemah lembut agar mereka mengerti ucapanmu. Jika engkau telah lakukan itu, maka mereka kelak akan menjagamu, menjaga hatimu. Tidak berwajah masam, apalagi berkata 'ah'. Tidak dengan membiarkanmu sendiri dan sedih saat tenagamu sudah mulai lemah dalam usiamu yang menjelang senja. Wa qul lahum fii anfusihin qaulam baliigho.

Cirebon, 30/7/2018

#SarapanKata
#KMObatch14
#KMOIndonesia
#IndonesiaMenulis
#Day7

Ilustrasi .  https://pin.it/xbkoo4vcszs2mr


Bunda tau serial anak-anak Winnie the pooh kan? Winnie punya sahabat, ada Piglet, Eeyore, Kanga, Roo, Rabbit, Robin dan Tiger. Winnie bahkan punya beberapa quotes yang menarik. Melukiskan betapa sayang dia terhadap sahabat-sahabatnya. Ada satu yang aku ingat, ketika Winnie berkata, "If there ever comes a day, when we can't be together. Keep me in your heart. I'll stay there forever." So sweet ya bun.


Ada yang lebih sweet lagi bunda, yaitu ketika Ibnu Jauzi rahimahullah berkata kepada sahabat-sahabatnya,

إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك
Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Rabb kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.” Kemudian beliau menangis.


Ibnu Jauzi hendak menyampaikan pada kita tentang bentuk persahabatan yang jauh lebih indah. Lebih istimewa. Yaitu persahabatan yang saling memberi syafaat ketika di akhirat kelak. Persahabatan yang diikat oleh akidah.
Dikatakan Rasulullah saw. dalam salah satu hadisnya: 'Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Maka hendaklah kalian melihat siapakah yang jadi teman dekatnya.' (HR Abu Daud dan Tirmidzi).


Rasul saw. memberi panduan bunda, agar kita tidak sembarangan memilih sahabat. Karena sahabat surga pasti akan terus mendorong agar keimanan kita kokoh. Sebaliknya sahabat yang buruk akan abai terhadap perkara iman. Akidah terbukti mampu merekatkan hati-hati kaum muslim. Laksana power glue, in syaa allaah tak akan lepas bunda. Hati kita akan nempel terus. Terhubung terus.


Bunda punya teman? Punya sahabat? Carilah sahabat surgamu, bunda. Bukan hanya anak-anak yang perlu sahabat, bunda juga perlu. Bunda perlu sahabat yang selalu mengingatkan pada kebaikan. Mengoreksi ketika kita mulai futur. Menarik kita lagi saat kita asik dengan perkara-perkara mubah. Sahabat yang mengajak untuk taat. Sahabat yang dengannya surga terasa dekat. Sahabat seperti itulah kelak yang akan menarik tangan kita agar bersama-sama masuk ke dalam surga.


Sahabat untuk kehidupan yang baik hingga ke surga. Seperti sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar Ash Sidiq radhiallaahu anhu dan Umar bin Khathab radhiallaahu anhu ketika mereka berdua duduk di batu besar. Rasul lelah dan tertidur di balik batu setelah bersama-sama kaum muslim di Madinah menggali parit untuk persiapan Perang Khandaq. Maka kedua sahabat terkasih beliau menjaga Rasulullah agar tidak terkena cahaya matahari. Menutupi Rasul dengan bayang-bayang tubuh mereka. Serta mencegah kaum muslim yang saat itu lalu lalang bekerja, agar Rasulullah bisa tidur dengan tenang tanpa terganggu.


Begitu pun ketika Abu Bakar radhiallaahu anhu, membiarkan jari kakinya digigit binatang berbisa. Saat beliau memangku kepala Rasulullah yang tertidur di gua. Sembunyi dari kejaran orang-orang Quraisy Mekah. Abu Bakar Ash Shidiq radhiallaahu anhu menahan rasa sakit dan tidak berani bergerak, karena khawatir Rasulullah akan terjaga. Persahabatan yang indah. Bukan hanya taat terhadap Rasulullah. Tapi juga rela mati demi Rasul.


Persahabatan karena akidah. Bukan karena harta atau status kita. Bersahabat dengan orang-orang salih. Keutamaan teman yang salih menurut Umar bin Khathab: "Tidak ada pemberian yang terbaik bagi seorang hamba setelah Islam selain teman yang salih. Jika kalian mendapatkan cinta dari teman kalian, peganglah kuat-kuat." Lalu kata Imam Syafii: "Jika engkau punya teman yang menolongmu dalam taat, genggamlah tangannya, karena mendapatkan teman baik itu sulit sedangkan meninggalkannya mudah." Ana uhibbuki fillah.

Cirebon, 29/7/2018


#KMObatch14
#KMOIndonesia
#Indonesiamenulis
#Day6


Gerhana lagi, bunda. Sungguh indah, melihat ke langit tepat di atas rumah kita. Tampak jelas bulan yang semula terang berwarna kuning keemasan dengan cahayanya yang berpendar-pendar. Lambat laun tertutup sedikit demi sedikit. Menyisakan lingkaran hitam yang gelap. Kemudian terang lagi secara bertahap.


Fenomena alam dulu kita pelajari saat di sekolah. Kemudian hadir, tampak jelas. Manusia banyak mengabadikannya dalam foto-foto saat terjadinya gerhana. Tapi tahukah bunda, gerhana matahari dan bulan bukan hanya tanda-tanda kekuasaan Allah yang biasa, tetapi itu merupakan tanda-tanda Hari Kiamat.


Allah SWT berfirman:

﴿يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ، وَخَسَفَ الْقَمَرُ، وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، يَقُولُ الْإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ، كَلَّا لَا وَزَرَ، إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ﴾ [سورة القيامة: 6-12]

“Ia berkata, “Bilakah hari kiamat itu?", maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya [mengalami gerhana], ketika matahari dan bulan dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata, “Ke manakah tempat berlari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” [QS Al-Qiyamah: 6-12]


Itulah mengapa, saat terjadinya gerhana, sikap yang ditunjukkan Nabi SAW. adalah takut, gemetar, dan bergegas, sambil mengangkat jubahnya, menuju ke rumah Allah. Seolah-olah, langit dan bumi akan digulung, dan kiamat pun tiba. 


Dalam riwayat Bukhari, dari Abu Musa al-Asy’ari, dinyatakan:

فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
“Jika kalian melihat hal itu, maka bersegeralah dengan gemetar [penuh rasa takut] untuk mengingat-Nya, berdoa kepada-Nya dan meminta ampun kepada-Nya.” [Hr. Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz IV/184]


******

Tanpa gerhana, seharusnya kita tetap sadar akan kekuasaan Allah. Bahwa Allah mampu melakukan semua hal sulit yang tak terjangkau dengan akal manusia. Allah bukan hanya mampu menjatuhkan meteor. Tapi juga mengaturnya agar tetap berada dalam orbitnya. Bahkan Allah pun mampu mengatur rotasi bumi dengan kecepatan yang terkendali dan teratur. Sehingga tak membuat kepala kita pening. Padahal logikanya kita berdiri di atas benda yang berputar kan bunda?


Begitu pun saat bumi beserta planet-planet mengelilingi matahari. Sekalipun kita di bumi, tapi anehnya tak membuat kita goyang sedikit pun. Bayangkan jika sehari-hari kita melakukan aktifitas seolah di atas roller coaster, pasti sangat melelahkan. Sungguh Allah Maha Kuasa. Hanya Allah yang mampu mengendalikan alam raya beserta isinya dengan sistemNya yang sempurna.


Jika Rasul saja ketakutan saat menghadapi gerhana, berarti reaksi kita pun harusnya seperti itu, bunda. Takut. Karena huru hara kiamat itu memang sangat mengerikan. Terlepas genggaman tangan anak-anak dari ibunya. Dalam sekejap kita tercerai berai dari orang-orang yang kita sayangi. Oleh sebab itu bunda, lindungi anak-anakmu. Lindungi suamimu. Lindungi semua kerabat kita dan seluruh kaum muslim. Tidak hanya melalui doa tapi juga dengan aktifitas amr ma'ruf nahy munkar.


Segera kita bebenah ya bunda. Sampaikan kepada kaum muslim bahwa pemikiran barat menyerang mereka. Tak terasa kita digiring jauh dari Islam. Lihatlah bagaimana pergaulan bebas menyerang generasi muda. Begitupun kepada para bapak, sampaikan agar berhati-hati mencari nafkah. Ekonomi ribawi melibas keimanan kaum muslim. Jaga keluargamu, atau mereka nanti akan jadi bahan bakar neraka. Naudzubillahi min dzalika. Bunda juga ya, sekalipun hanya sekedar angkat jemuran atau buang sampah, tutup auratmu.


Banyak istighfar ya bunda. Lakukan ishlah, perbaikan. Pelajari Islam. Karena itu untuk bekal kita di akhirat kelak. Semoga Allah ampuni semua dosa-dosa kita yang banyak. Dan memberi kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Menyelamatkan kita dan seluruh kaum muslim dari ketakutan hari kiamat, aamiin.

Cirebon, 28/7/2018




Ilustrasi.   https://pin.it/prgs5xkwtpvddo
#KMObatch14
#KMOIndonesia
#IndonesiaMenulis
#Day5



"Kapan sih keadaan yang nggak enak ini berlalu, ibu?" Tanya si sulung tertunduk sedih.

"In syaa allaah sebentar lagi", kataku menatap dalam ke matanya.

"Sebentar itu kapan?" Dia semakin mendesak. Anak pandai ini memang tak mudah dibohongi. Dia butuh kepastian, satuan waktu, sejam, sehari, atau setahun? Berapa lama?

"Ketika seseorang sedang senang, waktu terasa cepat sekali. Coba aja liat deh. Waktu kalian main rumah-rumahan tadi sore, sebentar atau lama? Sebenta kan?"

"Nah, padahal tadi tuh hampir 3 jam main di teras. Biasanya 3 jam itu waktu yang kita butuhkan untuk sampai ke Stasiun Jatinegara. Coba tanya adik, ke stasiun jauh atau dekat?"

"Jauh. Kan aku biasanya muntah di jalan. Stasiun itu jauhh banget," adiknya mengangguk-angguk memastikan bahwa kata-katanya benar. Rambut ikalnya bergerak-gerak.

"Iya, memang terasa jauh dan lama. Karena adik nggak bisa menikmati perjalanan," kataku sambil memeluk keduanya.

"Loh, berarti tadi kita main di teras itu lama ya?" Wajah mungil si sulung tampak tercengang.

"Iya. Tapi nggak terasa kan? Karena tadi kalian senang. Jadi waktu berlalu tanpa terasa. Tapi ketika seseorang sedih atau sedang sakit, waktu seperti merangkak. Lambat. Rasanya seperti nggak selesai-selesai. Nah, sekarang bagaimana caranya supaya saat-saat yang nggak nyaman ini bisa segera berlalu? Apa yang harus kita lakukan?"

"Kita harus senang-senang. Yeiyyeyeeii.....", anakku yang nomer 2 menjawab sambil berteriak-teriak kegirangan. Merasa berhasil menemukan jawaban jitu.

"Berarti ketemu deh solusinya. Kita harus senang beberapa hari ini. Isi waktu kita dengan hepi. Nggak boleh sedih. Sekolah, senang. Main sama teman-teman, senang juga. Belajar, senang lagi. Gitu ya, ngerti kan? Besoknya coba kita lakukan lagi hal yang sama. Nanti nggak terasa waktu berlalu dan kesedihan pun hilang. Jangan lupa minta pertolongan ke Allah, supaya segera Allah angkat kesedihan kita."


********************


Kehidupan itu seperti roda ya bunda, ada kalanya kita di atas. Ada kalanya di bawah. Ada saat tertentu terasa sesak. Ada saat yang lain bisa tertawa. Hal itu dialami juga oleh para sahabat Nabi shallallahu’alaihi wa sallam. Mereka pun pernah dirundung kesedihan. Allah menceritakan keadaan mereka saat kekalahan yang mereka alami dalam perang uhud.

وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِين

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah ingin memberi bukti kebenaran kepada beriman (dengan orang-orang kafir) dan menjadikan sebagian diantara kalian sebagai syuhada’. Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (QS. Ali Imran: 140).


Hingga akhirnya setelah tahun demi tahun berganti, saat aku ulangi kata-kataku sendiri agar mereka bersabar terhadap kesulitan dan kesedihan yang dipergilirkan. Seraya berseloroh mereka akan berkata, "Woo, hati-hati bun, jangan-jangan kesulitan yang kita alami sekarang, sesungguhnya posisi kita sedang di atas. Berarti nanti, kita bisa mengalami yang lebih sulit lagi." Atau mereka akan balik berkata, "Ih koq baru sekarang sedihnya, kemaren ngapain aja?"


Wallahu 'alam, kita berlindung pada Allah dari segala macam fitnah akhir jaman yang semakin menyeret kita jauh dari Islam. Mereka tahu bahwa mereka tak boleh bersedih. Mengisi dada kita dengan banyak syukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang seringkali luput dari pengamatan kita. Bersyukur lebih baik daripada bersusah hati hingga membiarkan waktu berlalu tanpa aktifitas positif yang bernilai ibadah.


Orang-orang shalih selevel sahabat saja pernah sedih, apalagi kita kan bunda? Ah, rasanya sesuatu banget ketika harus melalui hari yang berat. Jangan bersedih bunda. Dukamu akan terlihat. Anak-anak bisa membaca hatimu. Kasihan mereka jika terlibat dengan jelaga di hatimu. Tetap warnai hari mereka dengan cahaya. Jangan biarkan mereka larut dalam pekatnya nestapamu. Tidak ada yang abadi di dunia yang fana ini. Tidak juga deritamu dan semua masalah yang membelenggu harimu. Tetap istiqomah ya bunda, jangan sedih. Ada Allah. Laa tahzan innallaaha ma'ana.


Cirebon, 27/7/2018



#SarapanKata
#KMObatch14
#KMOIndonesi
#IndonesiaMenulis
#Day4


https://pin.it/ylgk3c63nfowed, ilustrasi



Ah, baru saja ditinggal cuci piring, tempat tidur sudah berantakan lagi. Ditinggal ke kamar mandi, eh ruang tamu yang diserbu. Mereka benar-benar nggak capek ya. Sabar bunda. Tarik napas, lalu jangan lupa lepaskan. Percayalah bunda, engkau tidak sendiri. Di luaran sana banyak bunda yang harus kejar-kejaran demi memasukkan satu sendok nasi ke mulut ananda. Sungguh perjuangan yang dahsyat. Membutuhkan pemanasan dan stamina tinggi. Itulah indahnya peran ibu. Anak sehat karena maem disuapi, bunda sehat karena bergerak lari ke sana kemari.


Mendidik anak tidak instan. Begitupun untuk semangkuk mi instan. Sekalipun sudah ada tulisan 'instan' di bungkus kemasannya, toh ada proses memasak dulu sebelum disantap. Mengurusi anak tidak bisa sim salabim, seketika mereka jadi anak shalih shalihah. Membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh. Niat yang lurus. Dengan terus memperbaiki password. Ada hari tertentu kata kuncinya adalah sabar. Hari lain, istiqomah. Berikutnya, lillah. Terus...seperti itu ya bunda. Upgrade terus dirimu. Perbaiki terus karena Allah melihat usahamu.


Benarkah dilihat Allah? Iya bunda, lelah kita dilihat. Usaha kita dilihat. Allah Maha Melihat dan Maha Menyayangi. Yakinlah bunda, yang kita lakukan akan berbuah manis di kehidupan yang berat nanti. Pada saat matahari sejengkal. Pada saat kita berkumpul di padang mahsyar. Pada saat ketakutan yang luar biasa ketika memberi hujah di hadapan Allah, atas semua tanggung jawab yang Dia amanahkan pada kita.


Menjadi ibu ternyata melelahkan ya. Bukan hanya perlu ilmu tapi juga perlu iman yang kokoh sebagai landasan. Agar pemikiran dan aktifitas yang dibangun di atasnya tidak roboh akibat pondasi yang rapuh. Islam sebagai mua'lajah atau pemecah persoalan, dijadikan sebagai solusi untuk semua masalah umat. Begitu pun ketika kita mendidik dan mengurusi anak-anak. Tidak hanya perlu ilmu, tapi juga iman yang teguh.

Seperti pernah disampaikan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، وَاْلأَمِيْرُ رَاعٍ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Kamu sekalian adalah pemimpin, dan kamu sekalian bertanggung jawab atas orang yang dipimpinnya. Seorang Amir (raja) adalah pemimpin, seorang suami pun pemimpin atas keluarganya, dan isteri juga pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin dan kamu sekalian akan diminta pertanggungjawabannya atas kepemimpinannya.” 


Tetap semangat ya bunda. Boleh istirahat sebentar saat lelah. Setelah itu pastikan aktivitas kita lillah lagi. Tak perlu tongkat ajaib, hanya ganti password. Passwordnya apa? Misalnya ' Hari ini kuat besok sabar'. Atau 'Hari ini istirahat sebentar, besok tambah 5 menit'. Nah...gitu. 
Selamat berjuang ya bunda shalihah.

Cirebon, 26/7/2018

#sarapankata
#KMObatch14
#KMOIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day3


Ada yang hilang di setiap pagi sejak seminggu yang lalu. Burung serasa berhenti berkicau. Udara terasa sendu. Perempuan bersahaja itu biasa jalan pagi keliling komplek. Dua cucu perempuan kembarnya yang lucu dan cantik, menggandeng tangannya. Biasanya kami lalu bertegur sapa. Obrolan ala ibu-ibu sambil menyelipkan satu atau dua ayat. Saling bertukar kekuatan, berbagi kisah hidup agar tetap lurus di jalan Islam. Namun kemarin ibu sepuh itu telah kembali pada Rab-nya.


Mendadak rumah sebelah terasa sunyi. Aktivitas seperti berhenti. Satu persatu masalah muncul di rumah itu. Ketika peran yang semula diisi oleh seorang ibu, menjadi kosong. Tanpa ibu, alur aktifitas seisi rumah menjadi tak tentu arah. Tak pernah terbayangkan betapa hebat ibu mengatur rumah selama ini. Peran ibu memang sulit digantikan.


Aku jadi ingat kata-kata salah seorang temanku bahwa ibunya laksana matahari. Semua planet berputar mengelilingi matahari. Karena dia merupakan sumber magnet yang besar. Tanpa disadari, seperti itulah peran seorang ibu. Semua anggota keluarga bertumpu pada ibu. Menyiapkan segala kebutuhan, memastikan agar setiap anggota keluarga bisa beraktivitas dengan baik, adalah tugas ibu. Tak terlihat istimewa. Tapi justru di situlah letak keistimewaannya.


Bayangkan jika peran tersebut dijalankan dengan menggunakan Islam sebagai Qiyadah Fikriyah. Islam dijadikan sebagai kepemimpinan berpikir. Maka ibu akan mengelola rumah tangga, mengatur keluarganya dengan selalu memperhatikan perintah dan larangan. Aktivitasnya dikaitkan dengan idrak silah billah, kesadaran bahwa dia berhubungandengan Allah. Itulah ibu yang disebutkan dalam Islam sebagai Rabbatul Baiyt, pengatur rumah tangga. Pengelolaannya berkualitas, sebab menjaga seisi rumah agar tetap berpegang teguh terhadap perintah dan larangan Allah.


Allah SWT berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسٰنَ بِوَالِدَيْهِ ۚ  حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِـوَالِدَيْكَ ۗ  اِلَيَّ الْمَصِيْرُ


"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu." (QS Luqman 31: Ayat 14)


Sungguh tak mudah menjadi ibu. Tidak ada sekolah khusus. Tak ada sertifikat. Yang ada hanya reward dari Allah berupa surga. Walaupun sebagian orang memandang rendah tugas ibu, Allah memberi kemuliaan terhadap peran itu. Hanya kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'ala kita kembali.

Cirebon, 25/7/2018

#sarapankata
#KMOIndonesia
#KMObatch14
#IndonesiaMenulis
#day2


Dari Miqdam bin Ma’di Yakrib radhiallahu’ahu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

نَّ اللَّهَ يوصيكم بأمَّهاتِكُم ثلاثًا، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بآبائِكُم، إنَّ اللَّهَ يوصيكم بالأقرَبِ فالأقرَبِ

“Sesungguhnya Allah berwasiat 3x kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat” (HR. Ibnu Majah, shahih dengan syawahid-nya).


Sosok sederhana yang selalu ada di dalam rumah. Sosok biasa-biasa saja. Tapi justru yang biasa itulah yang membuatnya istimewa. Biasa bangun paling awal. Biasa menyiapkan semua kebutuhan anggota keluarga. Biasa memastikan rumah nyaman laksana surga. Itulah ibu. Tanpa ibu, rumah seperti kehilangan cahaya. Kehilangan kehangatan. Ibu yang membuat hari kita seperti hidup dan berwarna.


Allah berwasiat agar kita berbuat baik pada ibu. Tiga kali Allah mewasiatkan kebaikan untuk ibu, baru setelah itu ayah. Maka perhatikanlah wahai ibu, apa yang sudah kita perbuat untuk kemuliaan itu? Sudah layakkah kita menyandang kemuliaan yang disematkan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala terhadap peran kita sebagai seorang ibu.


 Allah Subhaanahu Wa Ta'ala pada QS Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi,

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

 Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”


Lihat apa yang Allah sampaikan. Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'ala menjadi rujukan hidup kita. Bahwa kemuliaan seorang manusia ada pada ketakwaannya. Begitu pun kemuliaan ibu, ada pada takwa. Baiklah ibu, mulai saat ini juga kita bawa anggota keluarga kita ke sana, ke arah takwa. Kita giring mereka ke sana. Sampaikan juga pada ibu-ibu kita dimanapun mereka berada agar melekatkan takwa dalam diri. Quu anfusakum wa ahliikum naaron.

Cirebon, 24/7/2018


#sarapankata
#KMOIndonesia
#KMObatch14
#IndonesiaMenulis
#Day1


Once upon a time there was a little frog.  He lived in a little pond.  Near the pond was a tall tree.  The little frog was very happy. Ini kisah 'The Frog and The Thunder'. Kisah-kisah untuk anak-anak, beberapa diawali dengan kata itu, 'once upon a time'. Jika dibacakan dengan intonasi yang indah, mata-mata mungil dengan kaki dan tangan kecil mereka yang bersih setelah dicuci menjelang tidur, dengan segera akan terasa berat. Kemudian terpejam.






Lucu ya. Jadi ingat anak-anak saat mereka kecil. Aku biasa cerita tentang kelinci merah dan kelinci biru. Selalu itu. Kelinci merah dan kelinci biru sebagai pemeran utama ciptaanku. Kenapa dinamakan merah dan yang satunya biru? Karena atribut yang mereka pakai itu. Jadi ketika aku cerita tentang kelinci merah dan kelinci biru, serta merta mereka terbayang kelinci merah dengan baju merah, sepatu merah, tas merah. Kelinci biru dengan yang serba biru.


Tema cerita bisa aku ganti setiap malam. Kadang mereka yang tentukan tema. Malah mereka berlomba tentukan alur cerita. 'Kelincinya pergi sekolah ya bun', kata Danie si sulung. Lalu kemudian adiknya, Dinda menyela, 'Yaaa...kemarin kan sudah ke sekolah, ke rumah nenek aja deh'. Maka imajinasi mereka terbang, dipenuhi dengan kisah anak-anak tersebut. Hingga pada akhirnya mewarnai kepribadian mereka.


Itu baru kisah tentang kelinci. Dongeng sebelum tidur. Bayangkan jika kita sampaikan kisah para sahabat. Kisah Rasul. Kisah kegemilangan Islam. Tentu warna Islam memenuhi benak mereka. Bukan sekulerisme seperti yang ada sekarang. Menghasilkan generasi bingung tanpa identitas Islam.


Terlihat ya betapa bacaan dan kemampuan menyampaikan kata-kata, penting untuk membangun pemikiran. Mempunyai kekuatan sendiri untuk membentuk pemikiran umat. Yang pada akhirnya membentuk pemahaman. Menghasilkan tingkah laku dan kepribadian Islam.


Tulisan dan kata-kata sebagai sarana dakwah. Jika sejak kecil anak-anak muslim mendengar bacaan tentang kemuliaan Islam. Serta dalam keseharian mereka yang didengar adalah kalimat thayibah yang datangnya dari syariat. Maka mewujudkan kebangkitan bagi umat tidaklah sulit.


Menulislah, kembalikan anak-anak kaum muslim ke dalam Islam. Isi kepala dan hati mereka dengan pemikiran Islam. Sehingga jika telah terbentuk kepribadian Islam, maka setiap kali mereka menghadapi masalah, hanya Islam yang mereka jadikan solusi. Pun ketika mereka melihat fakta. Mendengar berita tentang kaum muslim di belahan dunia yang jauh, yang dihujani bom dan mesiu sepanjang waktu. Mereka akan berpikir untuk segera bergerak menuntaskan persoalan itu juga dengan Islam.


Sampaikan dengan lisan dan tulisan tentang keindahan Islam. Sampaikan bahwa Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Once upon a time, there was a beautiful country, Daulah Islamiyah. Conquered more than half part of the world, We lived together, moslem and non moslem. And there was not sad and difficulty under Islamic Government. We lived together happily ever and after.





Pagi itu, 26 Juni 1969 berita kematian Syaikh dengan cepat menyebar, bersama angin yang berhembus di Baghdad. Bagaimana tidak, para ikhwah dan keluarga Syaikh selama ini bertanya-tanya dimana keberadaan Syaikh. Akhirnya  terjawab saat Syaikh kembali dengan tubuh terbujur kaku terbaring dalam peti kayu dari Penjara Guantanamo. Petugas melarang membuka peti tersebut, dengan mengatakan bahwa Syaikh sudah dimandikan dan dikafani.


Akan tetapi saudara-saudara seperjuangan Syaikh mengusulkan peti dibuka untuk mendeskripsikan jasad Syaikh terutama di bagian-bagian cedera. Maka ketika peti tersebut dibuka dan kafan Syaikh disingkap, tampak luka mengerikan di sekujur tubuhnya. Darah menutupi telinga kanannya. Janggut Syaikh yang panjang terpotong. Jasad yang terkoyak-koyak akibat siksaan yang luar biasa, jelas terlihat. Jari-jari patah, luka bakar dan pendarahan akibat alat pemotong dan penggigit yang beragam. Tujuh belas hari Syaikh hilang, hingga akhirnya fakta ini menegasikan informasi yang ditandatangani oleh Dokter Shabah Paul dari Rumah Sakit Militer Ar Rasyid bahwa Syaikh meninggal akibat tekanan darah rendah.


********

Syaikh Abdul Aziz Al-Badri lahir di kota Baghdad tahun 1929 M. Seorang ulama pemberani. Pengemban dakwah. Penulis buku dan politisi. Sekalipun tinggal di Irak. Aktifitas Syaikh merambah ke berbagai negeri seperti Syam, Suriah, Yordan, Libanon dan Palestina. Beliau mengingatkan tentang bahaya kesukuan dan ide nasionalisme. Beliau juga kerap kali mengikuti berbagai persoalan umat. Syaikh mengingatkan akan pentingnya persatuan umat.


Pada musim haji, beliau pun berdakwah seperti yang pernah dilakukan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Salam. Beliau memahami bahwasanya haji bukan hanya manasik dan masyair saja. Akan tetapi sekumpulan aktifitas politik lain yang sengaja dihilangkan oleh musuh-musuh Islam. Maka Syaikh melakukan pertemuan-pertemuan antar pengemban dakwah, saling bertukar informasi dan menyusun rencana untuk menyamakan gerak dan menentukan tujuan. Beliau mengadakan kegiatan penyadaran melalui khutbah, peringatan dan menjelaskan jalan untuk kebangkitan.


Beliau juga menolak semua kondisi tidak syar'i yang dipaksakan di negeri-negeri muslim. Menyerang kediktatoran politik, kezaliman sosial dan ketidakadilan ekonomi. Beliau menentang penguasa yang hidup mewah serta tidak mengurusi rakyat dengan baik. Membuat rakyat menjadi miskin dan hidup sempit. Syaikh pun hidup serba kekurangan. Akan tetapi iming-iming harta dan kedudukan dari penguasa tidak melunturkan semangat untuk terus memperjuangkan Islam.


Di antara kisah tentang keberanian Syaikh Al-Badri adalah ketika beliau di atas mimbar mengkritisi Presiden Irak, 'Abdussalam 'Arif. Padahal Sang Presiden ada di dekatnya. Beliau memborbardirnya dengan kalimat yang masyur, "Wahai 'Abdussalam, terapkanlah Islam. Jika engkau mendekati Islam sejengkal, maka kami akan mendekatimu sehasta. Wahai Abdussalam, nasionalisme tidak cocok untuk kita. Persatuan Islam adalah benteng kita". Setelah kejadian itu aktifitas dakwah beliau dikekang dengan memindahkan beliau ke Masjid Al-Khulafa' yang sudah dua tahun ditutup (1964-1966).


Tak hanya itu Syaikh 'Abdul 'Azis Al-Badri senantiasa menyampaikan kritik dan nasihatnya pada penguasa. Beliau berharap agar penguasa kembali kepada manhaj Islam. Bahkan khutbah beliau di mimbar selalu diawali dengan, "Aku berlindung kepada Allah dari keburukan-keburukan diri kami dan kejahatan-kejahatan penguasa kami." Tentu saja tindakan Syaikh tidak bisa diterima oleh penguasa. Maka Syaikh seringkali menghadapi penangkapan dan penyiksaan. Buku-buku dan kaset rekaman khutbah beliau disita dan peredarannya dilarang.


Salah seorang saksi di penjara mengatakan, "Saya belum pernah melihat seseorang dalam hidup saya dengan keberaniannya yang luar biasa di dalam tahanan. Beliau disiksa dan hilang kesadaran. Setelah sadar, beliau disiksa lagi. Dan itu terjadi berulang-ulang. Sementara beliau terus menyebut asma Allah, membaca Alquran dan doa-doa mustajab. Setelah itu beliau tak sadar lagi." Para tahanan meminta beliau melunak dan diam. Tapi Syaikh Al Badri tidak mau melakukan hal itu. Beliau tidak mau memberi dukungan pada kezaliman penguasa.


Sesungguhnya atas Syaikh telah diputuskan hukuman mati sejak awal pergerakannya. Syaikh bersama para pengemban dakwah yang istiqomah yang terus menyingkap makar kejahatan penguasa. Akan tetapi pada hakikatnya sanksi hukuman apapun, sekalipun itu hukuman mati tidak akan terlaksana. Bahkan mustahil. Sebelum datangnya ajal yang ditetapkan Allah Subhaanahu Wa Ta'ala. Syaikh Al Badri memilih syahid dan memohon kesyahidan. Allah pun memenuhi permintaan beliau dan memuliakan dengan syahid di jalan Allah.


Allah SWT berfirman: "Dan agar sebagian kamu dijadikanNya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang zalim."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 140).

Demikianlah ulama dikenang bukan semata karena ilmunya, tapi juga karena sikap dan pendiriannya. Wallahu 'alam


Sumber tulisan: buku berjudul 'Biografi Abdul Aziz Al-Badri, Pejuang Syariah Dan Khilafah Dari Irak.'
Karangan: Muhammad Al-Alusi




Itu kata-kata yang biasa diucapkan anakku, aku punya 'sesuatu' buat ibu. Lalu aku akan terkejut, kehabisan kata-kata dan harap-harap cemas, 'sesuatu' gerangan apakah yang dia bawa buatku.  Si bungsu ini lucu selalu senang memberi kejutan. Pulang sekolah selalu ada saja yang dia bawa. Dan itu untuk aku, ibunya.


Dengan wajah yang masih berkeringat. Rambut yang berantakan. Dia turun dari mobil jemputan sekolah TKnya. Sembunyikan tangan di belakang punggungnya. Mencoba untuk rahasia. Kemudian tak lama dia ulurkan tangannya padaku. Gantungan kunci terbuat dari pita berwarna biru putih berbentuk. Lecek. Tapi indah di mataku.


Sangat menyenangkan mengenang kejadian itu, 12 tahun lalu. Tatkala waktu berlari begitu cepat, yang tersisa hanya kenangan saat anak-anak masih kecil-kecil. Kenangan bersama kelucuan mereka. Karakter masing-masing yang unik. Tapi di situlah peran kita. Menjaga karakter mereka yang unik itu agar tetap terbimbing Islam.


Sambil aku mandikan kemudian ganti dengan baju rumah yang bersih, dengan bersemangat dia bercerita tentang gantungan kunci itu. Dia bilang selama ini sisihkan uang jajan untuk membelinya di depan sekolah. Tak percaya aku anak berusia 5 tahun ini bisa mengerti kebutuhanku. Rupanya dia memperhatikan ketika aku berbicara dengan bapak dan kakak-kakaknya bahwa aku perlu gantungan kunci. Untuk membedakan kunci satu dengan lainnya.


Akhirnya kebiasaan memberi kejutan untuk aku berlanjut terus dari waktu ke waktu. Sehingga pernah satu kali sepulangnya dari sekolah, "Aku punya sesuatu buat ibu". Masih dengan kondisi yang tak jauh berbeda dengan yang pertama, wajah yang berkeringat, pakaian lusuh dan berantakan. Dia keluarkan 'sesuatu' dari saku celana seragam merahnya. Dua bungkus bakso campur mi dan bihun serta saos, kecap dan lainnya. 


Bakso itu tampak tak sedap dipandang, tak mengundang selera. Tapi perhatiannya yang luar biasa yang membuatku terharu. Tak terbayang 2 bungkus plastik bakso yang panas ada di dalam sakunya sepanjang perjalan dari sekolah ke rumah. "Wah, enak banget, koq tau sih ibu pengen bakso. Kita makan sama-sama ya". Rambut ikalnya bergerak-gerak ketika dia mengangguk senang.


Anak laki-lakiku ini berbeda dengan  kedua kakaknya. Dia senang memberi kejutan buat aku. Dia selalu punya 'sesuatu' buat ibu. Dan setiap kali itu terjadi, aku selalu pasang wajah terkejut, dengan senyum 3 jari dan wajah sumringah. Ekspresi aku yang seperti itu yang membuatnya senang.


Akan tetapi prosesi memberi kejutan ini kadang tak berjalan sempurna. Pernah satu hari dengan mata berkaca-kaca dia memberiku 2 bungkus es kelapa muda berselimutkan pasir dan tanah.Es kelapa yang semula menjadi 'sesuatu' buat ibu, rupanya jatuh bersamaan dengan sepedanya. Tapi seperti biasa, aku kembali tampil dengan setting wajah terkejut dan bahagia. Lalu menyelesaikan kesedihannya dengan mengajaknya minum es kelapa bersama, "Enggak apa-apa, kan cuma plastik luarnya yang kotor. Es kelapanya masih aman."


Anak-anak adalah titipan Allah. Kita hanya dititipi sekejap saja. Tak lama. Mereka terus tumbuh besar berpacu dengan waktu. Ada kalanya kita lelah mendengar rewelnya anak-anak. Merasa tidak bebas karena harus membawa mereka di semua aktifitas kita. Tapi itu hanya sebentar. Mereka terus tumbuh meninggalkan masa lalu. Meninggalkan semua kenangan saat mereka masih kecil.


Siang tadi, dia tiba-tiba muncul di kamarku. Anakku datang dari Jakarta. Mataku masih setengah terpejam dengan kesadaran yang juga belum utuh, melihat senyumnya, "Aku bawa sesuatu buat ibu". Dia ulurkan i dus brownies kukus. Seperti biasa, aku terkejut dan bahagia. Tapi kali ini bukan terkejut dan bahagia setingan. Ini sungguhan. Tanpa terasa mataku basah.


Cirebon, 9Juli 2018
#kelasfeature
#ayobercerita
Powered by Blogger.