Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang menyaksikan kemungkaran, hendaknya dia mengubah kemungkaran itu dengan tangan (kekuasaan)-nya; jika tidak mampu, dengan lisannya; jika tidak mampu, dengan kalbunya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.”
(HR Abu Dawud).

Kemungkaran terjadi di setiap masa. Itu ujian bagi kita, bunda. Liyabluwakum ayyukum ahsanu amalan, untuk mengetahui siapa di antara kita yang paling baik amal atau aktivitasnya. Yaitu yang paling sesuai dengan perintah Allah.

Ketika kita melihat kemungkaran, maka kewajiban kita adalah mencegah. Karena segala yang kita lakukan akan dihisab. Aktivitas baik ditanya oleh Allah, yang buruk pun ditanya. Mencegah seseorang dari bermaksiat kepada Allah, akan berpahala. Sebaliknya pelaku maksiat atau kemungkaran akan mendapat dosa.

Di sinilah peran kita, wahai bunda. Sampaikan Islam. In syaa allaah akan menjadi amal salih buat kita. Tidak saja kepada keluarga. Tapi juga pada tetangga dan karib kerabat. Sama halnya ketika kita menasehati penguasa untuk menegakkan amal salih. Mengurusi rakyat sesuai yang diperintahkan Allah, wajib hukumnya.

Sebaliknya jika kita diamkan kemungkaran, maka kerusakan yang terjadi di tengah umat akan meluas. Orang-orang salih yang ada di tengah umat pun akan tergelincir. Terbawa sistem rusak yang dibuat oleh penguasa. Sehingga dosa dan pelanggaran terjadi dimana-mana.

Lebih dari itu, Rasulullah saw. pernah bersabda, "Demi Allah Yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya. Sungguh ada sekelompok dari umat-ku (kaum Muslim) yang kelak dikeluarkan dari kuburnya dalam keadaan wajah-wajah mereka menyerupai kera dan babi. Hal itu disebabkan karena mereka menjilat (mencari muka) orang-orang yang melanggar syariah Allah dan Rasul-Nya. Mereka berdiam diri, padahal mereka mampu mencegah (kemungkarannya).”
 (Abu Nu'im al-Ashbahani, Ma'rifah ash-Shahâbah, 13/44).

Kita tidak boleh diam, bunda. Sampaikan kebenaran yang datangnya dari Allah. Inilah sejatinya sebuah kemerdekaan. Merdeka dari segala bentuk penghambaan kepada makhluk. Beralih kepada penghambaan yang hakiki kepada Allah Pencipta semesta alam.
Al Islaamu ya'lu wa laa yu'la 'alaihi.

Cirebon, 19/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day27

🌤🌤 Bismillah... ☀️☀️

Allah SWT berfirman:
وَاصْبِرْ نَـفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْ  ۚ  تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَ لَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا

"Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas."

(QS. Al-Kahf: Ayat 28).

***

Merdeka adalah suatu keadaan dimana manusia bebas menyembah Rabnya. Taat dan mengikuti aturan Allah, bukan aturan buatan manusia.
Jika kita sepakat bahwa kehidupan sempit saat ini adalah buah tangan kita sendiri. Maka kita pula yang mampu mengeluarkan diri kita menuju keadaan yang lapang. Kita mampu merubahnya, bunda. Caranya adalah kembali kepada hukum Allah.

Kita adalah agen perubahan, bunda. Kita punya peran untuk melakukan perubahan. Melalui aktivitas dakwah. Yaitu dengan mengajak umat untuk mengenal Islam. Sampaikan keindahan Islam. Bahwa Islam bukan hanya ibadah individu, seperti puasa, zakat dan shalat. Tapi juga memiliki sistem ekonomi, sistem politik, sistem pendidikan, sistem pergaulan, sistem persanksian dan lainnya. Dan seluruh sistem itu merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Oleh sebab itu harus diterapkan.

Perlahan-lahan sampaikan hal tersebut kepada umat. Sebab itu adalah sesuatu yang asing bagi mereka. Umat terbiasa hidup dalam atmosfer sekularisme yang datangnya dari barat. Hingga tidak mengenal sistem kehidupan yang datang dari akidahnya sendiri. Padahal Allah sudah menyampaikan jauh-jauh hari melalui Alquran. Rasulullah pun pernah mencontohkan hingga terbentuk negara yang menggunakan aturan Islam sebagai sumber hukum, mampu menguasai 2/3 dunia selama lebih dari 13 abad.

Sampaikan pada umat dengan penuh kesabaran dan niatkan karena Allah. In syaa allaah kelak akan menambah berat timbangan amal baik kita di yaumul hisab. Doakan mereka agar lembut hatinya dan mudah menerima Islam. Dengan kembali kepada hukum Allah, maka kemerdekaan hakiki bagi umat akan segera terwujud. Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Cirebon, 18/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day26

 

Allah swt Berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha:124).

Pantas saja hidup kita sempit, bunda. Ternyata karena inilah penyebabnya. Kita berpaling dari peringatan Allah. Diberi tahu, tapi kita abaikan. Allah cegah kita berbuat kerusakan, malah kita lakukan pelanggaran. Jika hal seperti itu terus menerus terjadi, bisa dipastikan kehidupan kita akan sempit. Pantas saja, rupanya kita sendiri yang menciptakan 'kesempitan' itu.

Lihat dalam rumah kita, bunda. Adakah pelanggaran masih kita kerjakan. Diskusikan dengan suami, adakah beliau pulang dengan membawa nafkah dari cara yang haram? Perhatikan pergaulan anak-anak kita. Sudahkah terjaga atau belum pergaulan mereka. Masihkah terjadi ikhtilat atau khalwat? Bagaimana dengan pakaian kita, sudah tepatkah menutup aurat seperti yang diperintahkan Allah pada QS. Al ahzab ayat 59 dan QS. An nur ayat 31?

Jika belum, segera perbaiki bunda. Kerja sama dengan seisi rumah untuk menegakkan Islam. Pastikan bahwa keluarga kita aman dari azab Allah yang pedih. Jika sudah, mulai melihat keluar rumah. Perhatikan bagaimana tetangga kita, karib kerabat dan teman-teman berinteraksi dengan Islam. Sudahkah mereka menjadikan Allah dan rasulnya nomer 1 dibandingkan semua kepentingan mereka? Jika belum, perbaikilah bunda melalui aktifitas dakwah.

Kemudian lihat bagaimana kondisi masyarakat secara keseluruhan. Lihat kondisi umat. Apakah mereka bisa beribadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Apakah mereka sejahtera, tercukupi pangan, sandang dan papan? Jika belum, perhatikan bunda apa yang terjadi? Kaitkan dengan ayat di atas tadi, apakah penguasa kita berpaling dari tuntunan Allah?

Jika benar, berarti kita harus menyeru kepada penguasa agar kembali kepada Allah. Mengoreksi penguasa. Karena mereka kelak akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah. Dan itu sangat berat bagi penguasa. Di tangan merekalah tanggung jawab pengurusan umat itu dibebankan. Jangan lupa bunda, bukan hanya shalat, puasa dan zakat yang diperintahkan Allah dan dicontohkan rasul. Pengurusan umat pun mengikuti panduan itu. Harus sesuai dengan Alquran dan mengikuti petunjuk rasul.

Jika ini sudah dikerjakan, maka atas izin Allah kehidupan kita tidak lagi sempit. Inilah merdeka yang sesungguhnya. Kemerdekaan yang hakiki yaitu berada dalam ketaatan dan tunduk pada Rab Pencipta alam semesta.

Cirebon, 17/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day25





Berapa tahun usia negara ini? Katanya kita sudah merdeka, benarkah bunda? Pekik kemerdekaan terdengar di sana sini. Seolah yang sungguh kita sudah merdeka.

Mengapa 'seolah', bunda?
Karena hidup kita makin hari makin sempit. Makanan nyaris tak terbeli. Anak-anak kurang gizi. Uang di tangan cepat sekali habis. Padahal peluh di sekujur tubuh suami belumlah kering. Inikah merdeka, bunda?

Biaya sekolah tinggi. Menjadikan anak-anak pintar bagaikan mimpi. Berbagai perombakan sistem pendidikan dan kurikulum bukannya memudahkan, tapi membuat rakyat miskin semakin jauh mengakses pendidikan. Generasi penerus bangsa sulit membuat prestasi. Jika sudah begini, 20 tahun ke depan akan seperti apa kualitas pemimpin negeri ini?

Belum lagi ketika keluarga sakit. Beban berobat yang semestinya ditanggung oleh negara, justru diserahkan kepada rakyat dengan konsep ta'awun berbalut riba. Serasa orang sakit menjadi bertambah-tambah sakitnya jika memikirkan debu-debu riba yang menyelimutinya.

Persoalan ini dihadapi kita semua, bunda. Kita terbiasa dengan atmosfer seperti ini hingga merasa bahwa kita sudah merdeka. Di media cetak, elektronik, semua meneriakkan 'merdeka', maka kita akhirnya terbawa suasana seolah kita sudah merdeka. Padahal belum, bunda. Ini belum merdeka. Jika kita sudah merdeka, maka tak akan sesempit ini kehidupan kita.

Firman Allah di dalamAl-Qur’an:
…dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nur:55).

Perintah Allah seperti itu, bunda, kerjakan amal saleh, aktifitas baik. Baik menurut siapa, bunda? Menurut Allah pastinya. Aktifitas baik, atau amal saleh adalah aktifitas yang diridai Allah. Diperintahkan Allah untuk dikerjakan, dan yang dilarang Allah maka kita tinggalkan.
Kita semua bunda. Anak-anak yang belum baligh ajarkan beramal saleh. Agar kelak mereka dewasa, mereka tahu bagaimana menjaga aktifitasnya tetap dalam koridor syara'. Begitu pun kita dan suami, sama-sama melakukan amal saleh, kerjakan aktifitas yang diridai Allah.

Bagaimana dengan penguasa, bunda? Perlukah beramal saleh?
Harus bunda. Penguasa diperintahkan Allah untuk mengurusi rakyatnya. Sejahtera atau sengsaranya rakyat, maka penguasa kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Berarti mengurusi rakyat pun diatur oleh Allah.

Jika hal ini sudah ditegakkan, maka janji Allah akan terbukti, bahwa akan hilang ketakutan dalam diri kita berganti dengan rasa aman. Inilah merdeka yang sesungguhnya. Yaitu melepaskan diri dari penghambaan kepada makhluk beralih kepada Pencipta. Tsumma takuunu khilafatan 'ala minhajin nubuwwah.

Cirebon, 16/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day24

Ilustrasi.  https://pin.it/da6euzlrryksuo


Dikatakan bahwa tahun ini merupakan tahun politik. Maka yang terlihat di media adalah, ada pemilihan pasangan, ada yang mulai check kesehatan, ada juga yang sudah ukur baju. Masyarakat terbawa geliat berita. Mulai menebak-nebak pasangan mana yang lebih tepat untuk memimpin negeri ini, menurut mereka. Masing-masing berbeda versi. Masing-masing memiliki alasan.

Namun ada juga yang tak peduli. Merasa bahwa hal tersebut bukan wilayah yang perlu dipikirkan, maka tak mau berpikir tentang politik. Sebaliknya ada pula yang merasa bahwa kehidupan sudah sangat sempit, sehingga tak ada gunanya berpikir tentang politik. Lalu mana yang benar, bagaimana dengan bunda?

Kita kembalikan pada Islam ya bun?! Karena Islam merupakan landasan berpikir bagi umat.
Bahwasanya dalam Islam, politik adalah ri'ayah su'unil ummah. Yaitu, pengurusan urusan umat. Jadi segala hal yang terkait dengan urusan umat, maka itu disebut politik. Memaknai politik hanya pada pemilihan pemimpin daerah atau negara, adalah makna yang sempit. Dan itu datang bukan dari pemikiran Islam.

Lalu apakah boleh kita mengikuti berita tentang pemilihan pemimpin? Boleh saja bunda, asalkan tetap dalam kerangka Islam. Lihat apakah pasangan calon (paslon) pemimpin tersebut akan menerapkan syariat Islam? Atau akan mengkebiri aturan yang datangnya dari Rab Penguasa semesta alam? Maka dari situ akan tampak, kualitas kepemimpinan mereka kelak. Tak peduli paslon tersebut hafiz Quran atau ulama, tapi jika dia berani mengubah aturan Allah, maka dia tak layak kita pilih.

Lalu kapan tahun politik dalam Islam?
Setiap saat umat berpolitik. Memikirkan harga barang kebutuhan pokok yang terus melambung, adalah berpikir politis. Bpjs yang semakin dikurangi pelayanannya, itu juga perkara politik. Pengemis yang membawa anak balita sepanjang lampu merah, itu pun urusan umat, urusan politik. Yang terjadi di sekitar kita, menjadi bagian dari kehidupan umat. Tak perlu menunggu 5 tahun, peristiwa politik terjadi setiap waktu dan membutuhkan penanganan segera.

Apakah bunda perlu berpikir politik?
Sangat perlu, karena bunda bagian dari umat. Berarti bunda pun memiliki kontribusi untuk mendapat 'riayah' dari penguasa. Dan berhak meminta jika pengurusan tersebut tidak bunda terima. Ikut memperjuangkan urusan umat, adalah perkara yang in syaa allaah menambah berat timbangan amal baik kita.

Rasulullah mengecam umat Islam yang tidak peduli nasib saudara seiman.
من لا يهتم بأمر المسلمين فليس منهم
“Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum Muslimin, Maka Dia bukan golonganku.” (Al-Hadits

Ternyata Islam tidak hanya urusan ibadah seperti shalat, puasa dan zakat. Akan tetapi memiliki pemahaman tersendiri terhadap politik. Bahkan dalam Islam, politik memiliki makna yang luas. Jika semua bunda mempelajari politik Islam, maka bunda memiliki peran dalam kebangkitan umat Islam. Siap mengguncang dunia ya bunda, Allahu Akbar!!

Cirebon, 15/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day23

Allah SWT berfirman:
"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),"
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 7).

Perintah Allah, seperti itu bunda. Jika kita telah selesai pada satu urusan, maka bersungguh-sungguhlah pada urusan lain. Artinya kita tidak boleh berhenti, bunda. Harus terus memusatkan perhatian kita untuk mendapat rida Allah. Mencari cara agar Allah sayang pada kita.

Masalah seolah datang dan pergi. Sebentar istirahat, beres satu persoalan. Kemudian akan muncul hal baru. Sejatinya memang seperti itulah kehidupan ini, bunda. Tak perlu kecil hati. Diberi ujian, sebelum kita naik kelas. Husnuzon saja bunda, bahwa ujian untuk anak SMP tak mungkin diberikan pada anak SD. Artinya semua soal yang ujian yang harus kita jawab, adalah kapasitas kita untuk menyelesaikannya.

Bukankah indah bunda, jika kita berpikir seperti itu?
Maka kita tidak menjadi gelisah atau berburuk sangka pada Allah. Karena pada saat ujian pun, kita tidak mungkin dibiarkan sendiri oleh Allah. Dia selalu punya banyak cara untuk menolong kita melalui hal yang tidak terduga.

Allah SWT berfirman:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا 
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)

Belum lagi bantuan dari bala tentara Allah yang bermacam wujudnya, siap sedia mengulurkan tangan membantu kita. Ada yang datang memberi bantuan materi, ada yang berupa tenaga, ada pula dengan pelukan dan telinga yang siap mendengar di saat dada kita terasa penuh sesak. Lihatlah bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang beriman itu, sendiri.

Lalu apa yang harus kita lakukan, bunda?
Tetap kuatkan keimanan kita. Istiqomah. Percaya bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Berkuasa untuk memberi ujian, juga kuasa meluluskan kita dari ujian. Dengan syarat, jangan nyontek ya bun, jangan curang. Tetap berpegang pada syariat.

Cari lingkungan yang kondusif, yaitu sahabat-sahabat surga. Sahabat ini kelak akan saling menarik tangan kita untuk masuk ke dalam surga dan terhindar dari neraka. Sahabat surga menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Mereka menjaga keimanan kita agar tetap subur terpelihara.

Tetap semangat ya bunda. Tidak ada yang abadi di dunia ini, tidak juga masalah-masalahmu. Semua akan berakhir. Jadilah bunda tangguh. Pastikan masalah selesai karena kita naik kelas ya bunda.
Wa ila robbika farghob.

Cirebon, 14/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day22



Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” .
(Al-Hasyr: 18)

Sesuatu yang seringkali kita lupa ya bunda, perkara ajal. Sesungguhnya maut bisa datang kapan saja. Tapi mengapa kita serasa abai. Terlena dengan segala alasan yang kita buat sendiri. Merasa seolah akhirat adalah urusan nanti.

Padahal setiap kali kita bangun tidur di pagi hari, kita punya kesempatan baru menanam benih amal salih. Setiap pagi ada kesempatan berbuat taat. Niatkan pada diri sendiri untuk melakukan kebaikan pada hari itu. yang kelak kita tuai di yaumul akhir. Semua yang diperintahkan Allah berpahala, maka kerjakan. Semua yang dilarang berarti Allah benci, maka tinggalkan.

Afterlife mapping, memetakan kehidupan nanti. Melihat kira-kira akan berada dimana kita nantinya. Apakah di surga, atau di neraka. Mulai dengan sering menghisab diri sendiri. Sejauh mana ketaatan kita terhadap Allah. Cobalah buat daftar, bunda.

Apakah dari sisi tholabul ilmi, birrul walidaiyn, dakwah, shalat, shadaqoh, silah ukhuwah, dan masih banyak lagi yang lainnya. Beri lingkaran merah, jika dalam seminggu ada aktifitas ibadah yang kurang. Kemudian perbaiki di minggu berikutnya.

Dengan membuat daftar yang semacam itu, terukur aktifitas kita. Sebab waktu kita terbatas. Maka tak bisa kita berbuat sesuka hati. Hindari tulul amal, menunda amal, karena itu akan menjadi pintu masuk setan untuk memperdaya kita.

Bukan hanya terbatas, waktu kita pun senantiasa ada dalam pengawasan. Aktifitas kita dicatat, dinilai. Maka kita tidak bisa menyia-nyiakannya dengan hal yang mubah-mubah saja. Apalagi untuk aktifitas haram, naudzubillahi min dzalika.

 Allah SWT berfirman:
كَاَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوْۤا اِلَّا عَشِيَّةً اَوْ ضُحٰٮهَا
"Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari."
(QS. An-Nazi'at 79: Ayat 46).
Kita hanya sebentar di dunia, bunda. Maka jangan terlena. Siapkan perbekalan untuk akhirat. Qoola in labitstum illa qaliilan law annakum kuntum ta'lamun

Cirebon, 13/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day21


"Kirain kalau sudah tua nggak akan berantem?! Eh, ini koq masih suka kesel-keselan", kata anakku pada suatu hari. 
Iya juga sih, mengapa mesti berselisih paham ya? Dengan teman sendiri sesama muslim? Wah, rasanya nggak banget deh bunda. Tapi benar, memang hal itu yang terjadi.

Malah ada kondisi yang lebih parah, yaitu setiap ada pertemuan diskusi, yang terjadi adalah saling diam. Bertatapan wajah pun enggan. Garing. Rasanya tidak betah ada di acara tersebut. Mati gaya. Ingin segera pulang. Ternyata memang susah ya jika perempuan-perempuan tua ini berselisih paham.

Bukankah sepatutnya perempuan paruh baya, perempuan usia senja, sama-sama lebih mudah untuk lapang dada? Mudah menerima kekurangan orang lain? Mudah memaafkan? Mudah mengerti? Tapi ternyata tidak. Selama kita masih hidup, ada gharizah baqa, naluri mempertahan diri. Akhirnya yang terjadi masing-masing saling beradu argumentasi. Merasa benar. Dialog pun menjadi ajang debat kusir. Sehingga diperlukan pihak ketiga untuk menengahi. Meluruskan persoalan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bersabda: 

"Di sekitar 'Arasy ada mimbar-mimbar cahaya. Di dalamnya ada orang-orang berbaju cahaya, dan wajah-wajah mereka juga bercahaya. Mereka bukan nabi atau syuhada. Nabi dan syuhada pun kagum karena ingin memperoleh hal seperti mereka"

Sahabat bertanya, "Siapakah mereka itu, ya Rasul?"

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling berbagi karena Allah, dan saling memperhatikan karena Allah".
(HR. Bukhari, derajat: Shahih)

Inilah yang membuat cahaya menjadi redup. Tak terlihat. Yaitu ketika masing-masing menunjukkan egonya.
Padahal mimbar cahaya adalah gambaran keindahan. Setiap kita yang berada dalam satu visi dan misi dengan niat Lillah, pasti ingin ke sana bersama-sama orang-orang yang kita sayangi. 

Ternyata semakin diuji dengan sejumlah persoalan. Diuji dengan marah dan benci, persahabatan malah semakin kokoh. Karena akidah menjadi pondasinya.

 Akhirnya atas ijin Allah hati-hati kami menyatu kembali. Perekatnya akidah. Kami harus kembali kepada tujuan awal menjalin ukhuwah, bahwa cinta dan benci hanya karena Allah. 

Gharizah baqa' atau naluri mempertahankan diri ditundukkan dan dikendalikan oleh iman. 

Jika di awal perkara kita sudah berazam bahwa Allah adalah Rab Al-Mudabbir. Maka kita akan rela diatur Allah. Bukan rela diatur oleh perasaan kita sendiri. Bukan juga oleh gharizah baqa. Itulah kuncinya. Indahnya hidup dalam Islam. 

Hal itulah yang terjadi pada kami. Maka mulailah kami saling mengunjungi lagi. Mencari waktu-waktu untuk bersama di luar aktifitas rutin seperti kajian dan diskusi. 

Alhamdulillah, setelah menempuh berbagai peristiwa 'makan hati' yang tidak sedikit. Akhirnya masing-masing memang harus berbesar hati mengakui kesalahan. Saling memaafkan. Menurunkan ego yang telanjur naik ke kepala.

Maka akhirnya mimbar cahaya mulai terlihat lagi. Tampak terang. Cahayanya berpendar indah. Menjadi tujuan saat pulang ke kampung akhirat. Benar adanya bahwa menuju surga, kita tak mampu sendiri.

Kabar gembira bagi orang-orang yang saling mencintai karena Allah, harus selalu diulang-ulang. Agar menjadi penyemangat di kala futur. Percaya bahwa Rasulullah tidak mungkin berdusta. Kata-kata beliau terbimbing oleh wahyu.  Serta percaya bahwa janji Allah Subhaanahu Wa Ta'ala adalah benar. Menjadi kabar gembira bagi orang-orang beriman. Inna ma'al mukminuuna al ikhwah.

Cirebon, 12/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day20







Lagu 'Thats whats friends are for'

https://pin.it/4axcy2cj6evle2

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).

Anak kecil ini tidur dengan mata basah. Dia minta aku menyanyikan lagu sebelum tidur. Tapi aku nggak ngerti lagu apa yang dia minta. Dia hanya bilang ,"Bu abu abuuu....". Dengan mata kecilnya yang penuh harap, mulut mungilnya hanya mengeluarkan kata itu berkali-kali.
"Kasih ibu?" Tanyaku. Dia menggeleng.
"Dua mata saya?" Dia menggeleng lagi.
"Satu-satu aku sayang ibu?" Dia terus menggeleng dengan wajah mulai kecewa.
"Topi saya bundar?" Wajahnya semakin kecewa.
"Ibu guru kami? Bukan juga ya. Apa ya?" Matanya semakin sedih. Dia mencoba menyanyi dengan irama yang tak tepat, "Bu abu abuuu...".

Clue yang tak jelas, karena kosa kata yang terbatas. Tidak mampu menggali ingatanku. Ya Allah, sepertinya aku akan mengecewakan little princessku ini. Setelah beberapa judul yang aku tawarkan disambut dengan gelengan kepala. Akhirnya diapun tertidur bukan dengan lagu yang dia minta. Lagu lain. Aku benar-benar membuatnya kecewa.

Hingga esok paginya aku ajak dia bermain, dan melakukan aktifitas sehari-hari sambil bernyanyi. Menyanyi semua lagu yang biasa kami nyanyikan bersama. Seraya berusaha mencari lagu apa yang hilang semalam, tak kunjung ketemu. Dan akhirnya, Allah menunjukkan kasih sayangNya. Dia kembalikan ingatanku. Dari sekian banyak lagu yang kami nyanyikan pagi itu, muncul lagu yang dia cari.

Dari matanya yang mungil terlihat binar-binar bahagia. Senyumnya mengembang. Dia mengangguk-angguk lucu dan menari melenggak lenggok. Kami menyanyi bersama. Dia bersenandung masih dengan nada yang tak tentu, "Bu abu abuu...". Kata yang sama seperti yang dia ucapkan semalam. Tapi kali ini aku tau lagu apa yang dia inginkan. Aku tersenyum ke arahnya.

Ternyata lagu yang dicarinya adalah 'Ambilkan bulan, bu'. Entah berapa bulan usianya saat itu. Baru satu dua kata yang aku mengerti. Bicaranya masih belum jelas.

Komunikasi itu perlu ya bunda. Antara anak-anak dengan bunda. Antara bunda dengan suami, bunda dengan teman-teman, dan yang lainnya. Agar kita bisa mentransfer kasih sayang. Agar tidak terjadi salah paham yang memunculkan friksi, pertikaian. Bil hikmah wal mauizhotul hasanah, dengan bahasa dan penyampaian yang baik. Hingga akhirnya pesan kita bisa sampai. Jika komunikasi tidak ditegakkan, akan muncul asumsi-asumsi. Berpeluang terbentuk benang ruwet di kepala. Dan yang lebih bahaya adalah muncul perpecahan antara sesama muslim.

Berbicara dengan anak-anak pun seperti itu bunda. Sedikit demi sedikit sampaikan Islam. Sejak mereka kecil dengan bahasa yang sederhana. Maka lambat laun akan terbentuk kepribadian Islam dalam diri anak-anak. Sama halnya ketika kita bicara dengan umat. Sampaikan Islam melalui interaksi kita dengan mereka. Atas izin Allah akan terbentuk pemikiran Islam. Jika dilakukan menyeluruh di tengah umat secara bersamaan, terbentuklah pemikiran umum.

Itulah sebenarnya hakikat dakwah kita terhadap Islam. Dakwah disampaikan melalui komunikasi. Apakah dengan komunikasi secara verbal atau tulisan. Dilakukan terus menerus ya bunda. Semoga akan segera mengantarkan umat pada kebangkitan.

Yuk kita berlatih terus bunda, perbaiki komunikasi kita. Kontennya, isi dengan kalimat yang baik yang datangnya dari Islam. Perbaiki juga cara menyampaikannya. Niatkan Lillah karena Allah agar bernilai ibadah. qoulum ma'ruufuw wa maghfirotun khoirum min shodaqotiy yatba'uhaaa azaa, wallohu ghoniyyun haliim

Cirebon, 10/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day18

Ilustrasi.     https://pin.it/nosqneux4q3rgh






"Abi pulang jam berapa malam ini?"
"In sya allaah jam 8 lebih 15 tiba di rumah. Ada apa shalihah?"
"Ah enggak, tadi umi masakin ayam panggang, sambel dan lalap buat abi".
Percakapan di whattsap. Kode keras. Biasanya suami tahu bahwa itu sinyal agar ia siapkan waktu untuk mendengarkan. Melepaskan sesak di dadaku, setelah seharian bertemu bermacam-macam karakter. Menghadapi berbagai situasi.

Seperti itulah peran seorang suami. Walaupun disebutkan hanya sekali setelah penghormatan tiga kali kita terhadap ibu. Tapi suami pun memainkan peran penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Itulah sebabnya namanya pun disebutkan di dalam banyak nash. Anak-anak yang berbakti pada kedua orang tua, akan dijamin surga.

Dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW diceritakan, ‘Aku bertanya kepada Nabi saw, “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah SWT?" Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR Bukhari).

Ibu sebagai orang tua tunggal atau ibu dengan suami sebagai pendamping, tugasnya sama. Yaitu mencetak generasi mulia. Beban berat itu diamanahkan Allah pada ibu. Menjadi ummu wa robbatul baiyt, sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Tidak akan mudah terlaksana jika tanpa bantuan suami yang menopang. Ketiadaan peran suami, apakah karena ibu sebagai orang tua tunggal, atau memang pasangan yang tak menguasainya perannya, membuat keluarga sulit membenahi dirinya.

Sebagai seseorang yang bertanggungjawab mencari nafkah dan menjadi pemimpin dalam keluarganya, tugas suami juga tidak mudah. Jika tanpa dibekali dengan ilmu dan keimanan yang kokoh, maka dia tak akan mampu menarik anak-anak dan istrinya. Menjaga mereka agar tetap berada di dalam benteng iman terjaga oleh Islam.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Ketahuilah, kalian semua adalah pemimpin dan kalian semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin (keluarganya) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban tentang mereka”. Hadis shahih riwayat al-Bukhari (no. 2278) dan Muslim (no. 1829).

Seorang ayah mendidik dan membimbing keluarga dengan lembut. Maka anak-anak akan mempelajari bagaimana seorang ayah mengatur keluarganya. Bagi anak-anak, ayah adalah role model. Pelajaran yang mahal yang didapat anak-anak di dalam rumah. Mempengaruhi mereka kelak dewasa. Hanya di dalam rumah mereka bisa mempelajari peran itu dengan baik.

Suami sebagai muara dari semua persoalan yang ada di rumah. Keputusan-keputusan yang diambil akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Menjaga anggota keluarga dari makanan yang haram, mengarahkan mereka pada interaksi yang baik, menjaga masuknya pemikiran buruk yang memalingkan anggota keluarga dari akidahnya.

Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ  نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ  لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)


Saling menguatkan, saling menopang dalam kemuliaan Islam. Seorang istri dapat melakukan tugasnya dengan baik. Memiliki hujah di hadapan Allah karena adanya peran suami sebagai penopangnya. Pendukung perannya.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:
«خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik (dalam bergaul) dengan keluargaku”
1 HR at-Tirmidzi (no. 3895) dan Ibnu Hibban (no. 4177), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.

Pinjam bahumu abi, malam ini saja. Agar aku besok bisa menghadapi dunia. Laa haula wa laa quwwata illa billah.


Cirebon, 8/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day16






الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ * فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, karena itu takutlah kamu kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu justru menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah bagi kami dan Dia lah sebaik-baik pelindung.” (173)

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah memiliki karunia yang sangat besar. (174). – (Q.S Ali Imran: 173-174).

Bunda,

Ada suatu masa dimana kita merasa buntu. Muncul sebuah persoalan atau mungkin banyak persoalan di dalam kehidupan kita yang belum menemukan solusinya. Berbagai upaya telah bunda lakukan, tapi tak kunjung selesai. Masalah-masalah itu terasa membebani . Bahkan banyak orang yang putus asa ketika menjalani ini. Meletakkan hasil di pundak mereka. Merasa bahwa solusi bisa diraih melalui usaha mereka semata.

Padahal tidak seperti itu, bunda. Selalu ada peran Allah dalam setiap peristiwa. Kita harus melibatkan Allah dalam seluruh aktifitas kita.

Bagaimana cara kita melibatkan Allah?
Yaitu dengan upaya syar'i. Upaya-upaya keluar dari persoalan yang sesuai dengan syariat. Dan ini bernilai pahala. Karena Allah terlibat dalam seluruh aktifitas kita.

Akan tetapi yang berbahaya adalah jika kita lakukan sebaliknya. Akibat terlalu berambisi keluar dari masalah, maka kita menghalalkan segala cara. Tak sabar ingin segera terbebas dari persoalan, cara apapun dipakai. Nauzubillahi min dzalika. Kita berlindung dari hal yang demikian ya bunda. Hal ini yang tidak boleh dilakukan.

Sejatinya itulah ujian. Ujian keimanan bagi kita. Allah ingin melihat bagaimana kita menyelesaikan persoalan tersebut. Allah ingin kita keluar melalui jalan yang sahih. Jalan yang benar.

Sekarang apa yang harus kita lakukan bunda, jika masalah kita seperti berhadapan dengan tembok tebal. Seperti berhenti di jalan buntu. Tak terlihat satupun jalan keluar. Lalu apa yang harus kita kerjakan?

Berjalanlah memutar, bunda shalihah.
Apakah jalan memutar itu? Yaitu jalan takwa. Jalan taqarrub ilallah. Dekati Allah sedekat-dekat sekuat kemampuan bunda. Kerjakan ibadah wajib, perbaiki kualitas dan kuantitasnya.

Kerjakan ibadah nafilah, perbaiki kuantitas dan kualitasnya. Lakukan aktifitas dakwah, ikuti kajian Islam, bela agama Allah, perbaiki hubungan dengan orangtua dan keluarga kita, ringankan kesulitan saudara kita dan upaya lainnya. Inilah jalan memutar yang tidak secara langsung menuju kepada solusi persoalan kita.

Lakukan semua hal yang membuat Allah semakin cinta dan sayang pada kita. In syaa allaah, tanpa disadari kita telah melalui jalan memutar. Jalan takwa. Jalan taqarrub ilallah. Yang pada akhirnya, dengan segala kerendahan hati kita memohon pada Sang Pemilik Kekuasaan untuk memudahkan urusan kita. Jika Allah ridho terhadap kita, tak ada yang tak diberi oleh Allah.

Bisa kan bunda? Kita coba ya..
laa haula wa laa quwwata illaa billah

Cirebon, 7/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day15



firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf: 96).

Gempa lagi bunda. Info gempa terjadi di Lombok tadi malam. Istighfar yuk bunda. Mohon ampun pada Allah atas segala dosa-dosa kita yang banyak. Seraya muhasabah. Bisa jadi gempa adalah isyarat dari Allah atas kelalaian kita. Ada aktifitas dosa yang masih kita kerjakan. Segera tinggalkan aktifitas buruk tersebut. Lakukan ishlah, perbaikan.

Terus pelajari Islam, bunda. Pelajari perintah dan larangan Allah. Jangan merasa cukup hingga akhirnya berhenti belajar. Cari sahabat shalihah. Sahabat surga yang selalu mengingatkan kita ketika kita keluar jalur. Perbanyak ibadah. Dekatkan diri pada Allah. Berharap Allah ridho dan mengampuni kita.

Lakukan terus aktifitas amr ma'ruf nahyi munkar. Menyeru teman-teman, tetangga, kerabat kita yang dekat dan yang jauh, agar kembali kepada hukum Allah. Jangan membuat hukum sendiri. Sesungguhnya Allah yang paling berhak membuat aturan bagi manusia.

Kuatkan ikatan, persatuan antara sesama muslim. Sesungguhnya kita bersaudara. Jangan terpecahbelah. Musuh-musuh Islam senang dengan perpecahan karena akan lebih mudah menguasai kita. Kenali siapa lawan, siapa kawan ya bunda.
اللهم سلم إخواننا المسلمين من الزلزل في جزيرة لونبوك

Doakan saudara-saudara kita di tempat terjadinya gempa. Semoga Allah lindungi. Allah jaga mereka sekeluarga, dengan penjagaanNya yang Maha Sempurna aamiin.


Info Gempa Mag:6.8, 05-Aug-18 18:46:35 WIB, Lok:8.25 LS,116.49 BT (27 km Timur Laut LOMBOKUTARA-NTB), Kedlmn:10 Km ::BMKG

Ya Rabb, lindungi saudara kami..


Cirebon, 6/8/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day14

Pernahkah terjadi dalam hidupmu, bunda, ketika anak-anak melihatmu melakukan kesalahan? Anak-anak yang sejak kecil kita didik dengan hal baik, suatu hari melihat kita melakukan kesalahan. "Mengapa bunda berbohong? Bukankah bohong itu tak boleh?" tanya mereka. Atau mereka merasa sedih karena engkau tak melindungi mereka di saat mereka perlu itu. Mereka kecewa padamu, dan marah. Bunda yang selama ini dipercaya, ternyata melakukan kesalahan.

Jangan malu untuk minta maaf, bunda. Mereka pun manusia yang bermain dengan logika mereka yang sederhana. Jika tidak dilakukan komunikasi, tidak ditegakkan yang hak dari yang batil. Maka akan berujung bencana. Padahal mereka adalah tanggung jawab kita sebagai penerus amal salih. Jika hilang kepercayaan mereka terhadap kita, maka akan sulit kita berjalan beriringan menjalankan amanah Allah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Bukan hanya itu, mereka adalah tanggung jawab kita untuk mendidik mereka
Abdullah bin Umar r.a. berkata sebagai berikut.
أدب ابنك فإنك مسؤول عنه ما ذا أدبته وما ذا علمته وهو مسؤول عن برك وطواعيته لك
Didiklah anakmu karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Selain itu, dia juga akan diberi pertanyaan mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu.

Segera minta maaf ibu. Bisa jadi sebenarnya hanya salah persepsi. Atau mungkin mereka yang benar, bunda yang salah. Bukan karena mereka anak-anak, kalah senior dibanding kita, lalu kita selalu benar. Mereka manusia juga seperti kita, hanya tubuh mereka lebih kecil. Artinya, mereka memiliki indera bisa menangkap pesan yang kita sampaikan. Mereka memiliki akal dan mulai mampu mencerna peristiwa.

Tugas kita masih banyak. Amanah yang dibebankan di punggung terasa berat. Jika mereka menjauh karena melihat kesalahan kita, apa yang akan bunda sampaikan pada Rab? Atau apa jadinya jika kesalahanmu mereka simpan dalam memori, seperti luka yang siap terbuka suatu saat nanti. Sungguh beban kebangkitan sangat berat. Perjalanan umat masih sangat jauh. Jika anak-anak tetap dalam genggaman tangan kita, maka wajah kita akan lebih tegak menatap dunia. Astaghfirullahal azhim, wa atuubu ilaika

Cirebon, 5/7/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day13


Selalu ada penjaga panji Rasul di setiap masa. Tak pernah kosong, pos itu selalu terisi. Begitupun bagi emak jaman now. Fenomena baru, kekinian, emak-emak ikut ambil bagian menjadi pejuang Islam. Penjaga panji Rasulullah.

Penampilan mereka biasa saja. Sederhana, jauh dari kesan sangar dan menakutkan seperti layaknya seorang penjaga. Tapi mereka bukan emak biasa. Ini adalah emak pengemban dakwah. Bahasa mereka pun sederhana. Menyampaikan Islam pada tetangga. Menggunakan berbagai uslub, ada yang berjualan di pasar, sambil momong cucu, mereka sebarkan Islam. Mengetuk pintu sebelah berdalih kehabisan jahe akan jadi obrolan panjang untuk sampainya syariat.

Seperti itulah ketika dahulu Islam disebarkan melalui lisan Mush'ab bin Umair. Di antara petani dan penduduk Madinah. Atau yang terjadi diantara rombongan haji. Saat mereka saling bertukar info tentang nabi baru, tentang agama baru. Islam masuk ke seluruh lobang semut. Tidak ada satu rumahpun yang terlewat dari Islam. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Silih berganti pejuang yang 'kembali' dan yang sakit, tak menyurutkan perjuangan. Pos penjaga panji tak pernah sepi. Selalu ada yang bergantian jaga, mengambil peran pada kebangkitan. Alaminya sperti itulah Islam. Lestari di muka bumi mengikis habis pemikiran yang rusak.

Siapa tahu hari ini giliran rumahmu yang diketuk, bunda. Jangan takut, bukakan saja pintu. Sebagaimana kau buka hatimu terhadap hidayah Allah yang sampai melalui mereka. Bukankah bunda senang disayang Allah? Sungguh hidayah itu akan mengantar bunda pada kasih sayang Allah. Emak-emak setrong berdiri di pintu rumahmu menyampaikan syariat padamu. Mengingatkanmu betapa sempitnya kehidupan  akhir jaman akibat hukum Allah dicampakkan.
Wahai bunda, siap-siap buka pintu ya.

Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُنْ  مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ  عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ  وَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْن
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 104).


Cirebon, 4/7/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#IndonesiaMenulis
#day12

Ilustrasi https://pin.it/3rfg2yvakefhbg



وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ يُرْسِلَ الرِّيَاحَ مُبَشِّرَاتٍ وَلِيُذِيقَكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَلِتَجْرِيَ الْفُلْكُ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
سورة الروم )46)
Yang artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasan-Nya adalah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira dan untuk merasakan kepadamu sebagian dari rahmat-Nya dan supaya kapal dapat berlayar dengan perintah-Nya dan (juga) supaya kamu dapat mencari karunia-Nya. Mudah-mudahan kamu bersyukur” (QS ar Rum: 46).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencaci angin karena angin itu diperintah”

doa saat angin bertiup:
اللهم إني أسألك خيرها و خير ما فيها و خير ما أرسلت به، و أعوذ بك من شرها و شر ما فيها و شر ما أرسلت به. رواه نسلم

Dalam sahih Muslim, ketika angin bertiup kencang, Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa,
 “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kebaikan angin ini dan kebaikan yang dibawanya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini dan keburukan yang dibawanya”
atau  doa:
اللهم إني أسألك خيرها و أعوذ بك من شرها.
رواه أبو داود


Dua hari ini Cirebon berdebu. Angin yang kencang bertiup sepanjang waktu menerbangkan debu. Apa yang harus kita lakukan ketika datang angin seperti ini, wahai.bunda? Lakukan aktifitas seperti biasa. Pakaian kita dan anak-anak sesuaikan dengan kondisi alam. Upayakan agar rumah dan keluarga kita terlindung dari debu. Tak perlu mencela angin atau kecewa terhadap debu. Allah yang menguasai alam semesta. Kita hanya diminta melakukan antisipasi sesuai dengan potensi akal yang kita miliki. Jangan lupa bunda, antisipasi kita itu pun dinilai Allah.

Padahal bunda, jika dilihat dari atas nun jauh di sana, manusia pun tak ubahnya bagaikan debu. Kecil, tak berarti. Tapi mampu berbuat kerusakan. Mampu membunuh kaum muslim di Palestina, di Suriah. Mampu berbuat onar dengan LGBTnya. Mampu membuat aturan zalim yang menyengsarakan rakyat. Mampu menyakiti ulama dan pejuang-pejuang Islam.

Sungguh sebutir debu yang hina. Tapi apakah akan dibiarkan 'benda' sekecil debu ini tanpa hisab? Tidak wahai bunda, tidak ada yang luput dari hitungan Allah. Sungguh Ia Maha Teliti. Semua perbuatan kita dihisab. Buruknya dihisab. Yang baik pun dihisab. Maka buatlah penghisaban yang baik, wahai bunda. Isi hari-harimu dengan aktifitas yang bernilai ibadah di hadapan Allah.

Jadilah debu yang berkualitas di hadapan Allah. Yang memiliki hujah. Mampu mengemban amanah kebangkitan di bahumu. Pilihan ada padamu bunda, mau jadi debu hina yang kelak mendapat azab Allah? Atau debu mulia yang mampu mengguncang dunia. Barakallahu fii kunna.

Cirebon, 3/7/2018

#sarapankata
#kmobatch14
#kmoIndonesia
#Indonesiamenulis
#day11

Ilustrasi. https://pin.it/umllvuwrlrcy3a
Powered by Blogger.